Laman

Senin, 11 Juni 2012

Syaikh al-Albani Di Usia 84 tahun

Dalam Kitab Shahih Mawarid Adz Dzam’an ila Zawaid Ibn HIbban (2087) dalam pembahasan hadist Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dimana disebutkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata:

أعمار أمتي ما بين الستين إلى السبيعين ، وأقلهم من يجوز ذلك

“Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun,kecuali sedikit dari mereka yang usianya lebih dari itu”.
Ibn Arafah mengomentar hadist ini dengan berkata : ” Saya termasuk yang sedikit tersebut ”. Syaikh Albani turut berkomentar atas ucapan ini dengan menuliskan dalam tahqiqnya, sebagai berikut:
Dan saya pun termasuk yang sedikit tersebut. Saat ini usiaku sudah mencapai 84 tahun. Mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala menjadikanku termasuk golongan orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.

Bersamaan dengan itu pula, sesungguhnya aku pun terkadang mengharapkan kematian, terlebih jika melihat kaum muslimin banyak menyimpang dari agamanya dan tertimpa kehinaan sehingga menjadi umat yang direndahkan. Akan tetapi terlarang berharap demikian,dan hadist Anas masih aku ingat sejak aku masih muda. Maka tidaklah bagiku kecuali mengatakan apa yang diperintahkan Nabi padaku shalallahu ‘alaihi wasalam :

اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لي

“Ya Allah hidupkan aku selama kehidupanku lebih baik bagiku,dan Wafatkanlah aku jikalau kematian itu baik bagiku.”
Serta berdo’a dengan apa yang diajarkan kepadaku oleh Nabi ‘alaihi sholatu wasalam:

اللهم متعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحييتنا ، واجعلها الوارث منا

“Ya Allah Jadikan pendengaran dan penglihatanku senantiasa sehat dan kuatkanlah seluruh anggota badanku , kemudian jadikanlah itu semua tetap seperti itu hingga tibanya kematian”.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doa ini padaku dan sungguh aku dapat menikmati itu semua (isi do’a diatas,penj). Inilah saya yang sampai usia sekarang ini masih giat membahas dan meneliti serta menulis dengan giat, saya pun shalat sunnah dengan berdiri, saya juga menyetir mobil sendiri dalam perjalanan yang jauh, juga menyetir dengan “ngebut” sampai-sampai sebagian kolega sering menyarankanku untuk tidak berbuat demikian. Menurut saya dalam masalah mengendarai mobil dengan kencang ini perlu dirinci hukumnya sebagaimana juga telah diketahui oleh mereka. Saya ceritakan demikian ini sebagai wujud dari firman Allah:
“Dan terhadap nikmat Rabb mu hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” (QS.Adh Dhuha ayat 11)
Dengan senantiasa berharap agar Allah subhanahu wata’ala menambahkan karunianya kepadaku, dan menjadikan nikmat ini tidak dicabut hingga kematian tiba, serta mewafatkanku sebagai muslim diatas sunnah yang aku telah bernadzar untuk itu kehidupanku adalah dakwah dan menulis. Juga semoga Allah mengumpulkanku kelak dengan para syuhada dan orang-orang shalih sebagai sebaik-baik teman . Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi menjawab do’a.
Artikel: direktori-islam.com di publish kembali oleh Moslemsunnah.Wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar