Laman

Senin, 02 Juli 2012

Husein Alattas mengkafirkan Mua’wiyah?

Diberitakan, HARI RABU tanggal 27 Juni 2012 bertempat di Radio Silaturahim (RASIL), Ustadz Husein Alattas bersumpah siap dilaknat oleh Allah jika keyakinannya bahwa Muawiyah RA bukanlah Sahabat secara syar’i itu bathil. Selama ini Husein meyakini bahwa Muawiyah bukanlah sahabat secara makna syar’i, hanya termasuk sahabat dalam sisi lughowi (bahasa).Husein juga mengakui mengkritik dan menghujat Muawiyah RA (http://muslimdaily.net/opini/opini-17/mubahalah-husin-alattas.html )
Kalau berita itu benar, maka ada indikasi Husein Alattas cenderung tidak memasukkan Mu’awiyah bin Abi Sofyan sebagai sahabat Nabi Muhammad shallallau ‘alaihi wa sallam. Ketika tidak dimasukkan sebagai sahabat Nabi secara makna syar’i, padahal Mu’awiyah adalah seorang Muslim yang berjumpa dengan Nabi bahkan menjadi salah satu dari penulis wahyu, dan meninggal dalam keadaan Muslim, maka penghujatan terhadapnya itulah yang tentunya bathil, dan keberanian Husein bersumpah siap dilaknat oleh Allah itu semoga dikabulkan dengan nyata. Amien ya Mujibas saailien.  

Muawwiyah Bin Abu Sofyan adalah juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat turunnya wahyu.

6565 – حَدَّثَنِى عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ الْعَنْبَرِىُّ وَأَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَعْقِرِىُّ قَالاَ حَدَّثَنَا النَّضْرُ – وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الْيَمَامِىُّ – حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ حَدَّثَنَا أَبُو زُمَيْلٍ حَدَّثَنِى ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ الْمُسْلِمُونَ لاَ يَنْظُرُونَ إِلَى أَبِى سُفْيَانَ وَلاَ يُقَاعِدُونَهُ فَقَالَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا نَبِىَّ اللَّهِ ثَلاَثٌ أَعْطِنِيهِنَّ قَالَ « نَعَمْ ». قَالَ عِنْدِى أَحْسَنُ الْعَرَبِ وَأَجْمَلُهُ أُمُّ حَبِيبَةَ بِنْتُ أَبِى سُفْيَانَ أُزَوِّجُكَهَا قَالَ « نَعَمْ ». قَالَ وَمُعَاوِيَةُ تَجْعَلُهُ كَاتِبًا بَيْنَ يَدَيْكَ. قَالَ « نَعَمْ ». قَالَ وَتُؤَمِّرُنِى حَتَّى أُقَاتِلَ الْكُفَّارَ كَمَا كُنْتُ أُقَاتِلُ الْمُسْلِمِينَ. قَالَ « نَعَمْ ». قَالَ أَبُو زُمَيْلٍ وَلَوْلاَ أَنَّهُ طَلَبَ ذَلِكَ مِنَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- مَا أَعْطَاهُ ذَلِكَ لأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يُسْئَلُ شَيْئًا إِلاَّ قَالَ « نَعَمْ ». صحيح مسلم – (ج 16 / ص 247)

Dan sungguh telah meriwayatkan Imam Muslim di dalam Sohihnya dari hadits Ikrimah bin Ammar, dari Abi Zamil Sammak bin Walid dari Ibnu Abbas bahwasanya Abu sofyan Berkata : “Wahai Rasulullah berikanlah tiga perkara kepadaku?” Rasulullah menjawab: “ya”. Beliau berkata : “perintahkanlah aku supaya memerangi orang-orang kafir sebagaimana dulu aku memerangi orang-orang Islam.” Rasulullah menjawab: “ya”, Beliau berkata lagi : “dan Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis disisimu?” Rasulullah menjawab: “ya”.
Mu’awwiyah dijamin masuk Surga
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan di dalam Sohihnya dari Kholid bin Ma’dan dan bahwasanya Umair bin Mas’ud telah menceritakan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‏ ‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ ‏‏أَوْجَبُوا

“Pasukan pertama daripada kalangan umatku yang berperang di laut, telah dipastikan bagi mereka (tempat di syurga).”
Fakta sejarah mencatat bahawa armada laut yang pertama bagi umat Islam dipimpin oleh Muawiyah pada zaman pemerintahan Amirul Mukminin Usman ibn Affan Radhiallahu.

عَنْ ‏‏خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ ‏أَنَّ ‏عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ ‏حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى ‏عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ ،‏ ‏وَهُوَ نَازِلٌ فِي سَاحَةِ ‏ ‏حِمْصَ ،‏ ‏وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ ،‏ ‏أُمُّ حَرَامٍ ،‏ ‏قَالَ ‏عُمَيْرٌ :‏ ‏فَحَدَّثَتْنَا ‏‏أُمُّ حَرَامٍ ‏‏أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏‏يَقُولُ :‏ ‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ ‏‏أَوْجَبُوا ،‏ ‏قَالَتْ ‏‏أُمُّ حَرَامٍ :‏ ‏قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا فِيهِمْ ، قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :‏ ‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ ‏‏قَيْصَرَ ‏‏مَغْفُورٌ لَهُمْ ، فَقُلْتُ : أَنَا فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : لَا . رواه البخاري (2924) .
قال الحافظ ابن حجر في ” الفتح ” (6/120) : قَالَ الْمُهَلَّب : فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَنْقَبَة لِمُعَاوِيَة لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ غَزَا الْبَحْرَ وَمَنْقَبَةٌ لِوَلَدِهِ يَزِيد لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ غَزَا مَدِينَةَ قَيْصَرَ .ا.هـ.

Telah bercerita kepadaku Ishaq bin Yazid Ad-Dimasyqiy telah bercerita kepada kami Yahya bin Hamzah berkata telah bercerita kepadaku Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Ma’dan bahwa ‘Umair bin Al Aswad Al ‘Ansiy bercerita kepadanya bahwa dia menjumpai ‘Ubadah bin ash-Shomit ketika dia sedang singgah dalam perjalanan menuju Himsh. Saat itu dia sedang berada di rumahnya dan bersama dengan Ummu Haram. ‘Umair berkata; \”Maka Ummu Haram bercerita kepada kami bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: \”Pasukan dari ummatku yang pertama kali akan berperang dengan mengarungi lautan pasti akan diberi pahala dan surga\”. Ummu Haram berkata; Aku katakan: \”Wahai Rasulullah, aku termasuk diantara mereka?\” Beliau berkata; \”Ya, kamu termasuk dari mereka\”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi: \”Pasukan dari ummatku yang pertama kali akan memerangi kota Qaishar (Romawi) pasti mereka akan diampuni\”. Aku katakan: \”Aku termasuk diantara mereka, wahai Rasulullah?\” Beliau menjawab: ‘Tidak\”. (HR Al-Bukhari)
Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam “Al-Fath” 120/6: al-Muhallab berkata: Dalam hadits ini  defile/ parade (perarakan barisan tentara) bagi Mu’awiyah karena dia adalah orang pertama yang berperang di laut, dan manqabah/ parade bagi anaknya, Yazid, karena dia orang pertama yang menyerang kota Kaisar. Selesai.
(Muawwiyah bin Abi Sofyan (20 SH – 60 H) Diposting oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim, diambil dari ‘Biografi Ahlul Hadits’,  http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihattokoh&id=208 )
Dilihat dari definisi tentang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Mu’awiyah jelas sahabat, bukan hanya secara lughowi (bahasa). Berikut ini penjelasannya tentang definisi sahabat Nabi.
DEFINISI SAHABAT
Ibnu Hajar Al-asqolanie -seorang ulama hadist abad ke 9- berkata tentang definisi Sahabat :

“من لقي النبي صلى الله عليه و اله و سلم مؤمنا به و مات على الإسلام”

(Man laqiya an-nabiyya shollallahu a’laihi wa alihi wa sallam mu’minan bihi wa maata ‘ala al-islam)
“Siapa saja yang berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam” (lihat : Al- Isobah fie tamyiezi as-sohabah,ibnu hajar 1/10 . Dinukil dari : Ruwat al-Hadist ,DR.’Awwad Ar-ruwaisyie, hal : 26)
Melihat Definisi di atas maka tergambar jelas siapa saja yang masuk dalam kategori sahabat dan yang bukan.
yang termasuk dalam definisi Sahabat di atas adalah :
[a] Pria Dan Wanita
Definisi di atas menggunakan kata “man” yang ditunjukkan untuk sesuatu yang berakal, berarti “siapa saja baik laki –laki maupun perempuan yang berakal” termasuk dalam kata ini.
[b] orang yg bertemu dgn Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik lama atau sebentar, baik meriwayatkan hadits dari beliau atau tidak, baik ikut berperang bersama beliau atau tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau sekalipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang pernah berjumpa dengan beliau walaupun tidak melihat karena buta
[c] Masuk dalam definisi ini pula orang yg beriman lalu murtad kemudian kembali lagi kedalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy’ats bin Qais.
Yang Tidak Termasuk Definisi di Atas :
[a] orang gila, hewan,batu,tumbuh – tumbuhan dan sebagainya yang tidak berakal.
[b] Orang yang bertemu Rasul ‘alaihissholatu wassalam dalam keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah itu (yakni sesudah beliau wafat ).
[c] Orang – orang yang beriman di masa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wafat dalam keadaan islam namun tidak pernah sama sekali berjumpa dengan beliau , seperti raja An-Najasyie.
[d] Orang yang beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihiwasallam kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad. Wal’iyaadzu billah.
(Definisi Sahabat, Tuesday, 18 October 2011 17:27 Madinah, 6 jumadil tsanie 1433 h/ 27 april 2012, Oleh : Rizqo Kamil Ibrahim
Referensi :
- Ruwat al-Hadist,DR.’Awwad ar-ruwaitsi,mudzakkiroh li tullab kulliyat al-hadist mustawa ats-tsanie.
Last modified on Thursday, 10 May 2012 21:28Written by  Rizqo Kamil Ibrahimhttp://jejaknabi.com/index.php/component/k2/item/18-definisi-sahabat ).
Ketika Husein Alattas tidak memasukkan Mu’awiyah sebagai sahabat secara syar’i. bila dilihat dari definisi dan penjelasan di atas, hanya ada dua kemungkinan.
  1. Mu’awiyah dianggap gila.
  2. Mu’awiyah dianggap mati dalam keadaan tidak beragama Islam, kafir. keluar dari Islam atau murtad.
Kita tunggu sikap Habib Rizieq Shihab
Ketika Husein Alattas juga mengakui mengkritik dan menghujat Muawiyah RA, seharusnya Habib Rizieq Shihab dengan tegas mengumumkan bahwa Husein Alattas adalah musuhnya. Demikian pula terhadap Radio Rasil yang menjadi sarana menyiarkan apa-apa yang dilontarkan Husein Alattas. Karena Habib Rizieq di media lain pernah diberitakan:
Sebagai ketua FPI, meski masih bersedia dialog dengan kalangan Syi’ah, Rizieq punya garis tegas mengenai masalah Syi’ah. Suatu hal yang katanya sering ia sampaikan kepada anggota FPI dan di hadapan habaib Syi’ah sendiri. “Kalau ada dai-dai di atas mimbar mencaci maki ahlul bait atau sahabat Nabi, turunkan! Bakar mimbarnya! Ana nggak mau tahu, mau Syi’ah kek, wahabi kek. Caci maki sahabat, caci maki ahlul bait, berarti musuh ana”. *Surya Fachrizal/Suara Hidayatullah/http://majalah.hidayatullah.com/?p=262
Tinggal kita tunggu saja, bagaimana sikap Habib Rizieq dalam kasus ini.
Kini semakin jelas, mana yang membela Islam dan mana yang sejatinya memusuhi Islam. Karena semakin tampak adanya orang yang terang-terangan menghujat sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Allah Ta’ala ridha kepada para sahabat Nabi, lalu ada orang yang menghujatnya, maka secara gampang dimengerti bahwa penghujat itu adalah orang yang menentang Allah Ta’ala.Tidak mungkin orang yang mencintai Allah Ta’ala bersikap memusuhi orang yang diridhaiNya.
Hartono Ahmad Jaiz
(nahimunkar.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar