Laman

Kamis, 24 Januari 2013

FALSAFAH SANDAL : TERLUPA KALA TINGGI, TERKENANG KALA RENDAH

DR. Ali Musri Semjan Putra Hafidzhahullaahu berkisah :

Setahun yg lalu tepatnya juga bulan januari tanggal 9 tahun 2012, ana dapat undangan dari kopertais wilayah IV Surabaya. Jam 05.00 ana naik kereta mutiara timur dari Jember. Karena mau menghadiri rapat kerja dengan seluruh pimpinan perguruan tinggi swasta tentu perlu berpakaian rapi dan necis begitulah kira-kira.

Setelah jam 05.00 lebih dikit kereta sudah masuk Surabaya. Ana berencana mau turun di stasiun Bromo karena lebih dekat dengan kampus IAIN Surabaya, karena rapat kerja diadakan di sana, di samping keburuan mau shalat shubuh. Akhirnya setelah kereta berhenti di stasiun Bromo, ana turun dan bersiap shalat shubuh dulu. Saat mau masuk mesjid perasaan curiga sudah ada, jangan- jangan sepatuku hilang habis shalat nanti. Akhirnya ana taruh di tempat agak ke dalam masjid.

Setelah selesai sholat, ana bergegas melihat sepatu ana, kenyataannya benar-benar dicuri orang.
Ana termenung sejenak .... Sambil membaca do'a : 'Allahumma Ajirni fii Musibati Wakhluf lii Khairan Minha ...' Saat ana dalam kebingungan itu tiba-tiba seseorang juga ngaku kehilangan sandalnya ...!

Kemudian ana berusaha bertanya pada orang-orang yang sedang duduk di peron menghadap ke arah masjid. Sebelumnya ana berharap karena banyak orang yang duduk menghadap ke arah masjid, sebelum sholat ana agak kurang khawatir atas kehilangan sepatu. Namun kenyataan berbeda. Setelah ana tanya pada orang sekitar, katanya mereka juga kehilangan HP dan barang-barang lain karena mereka sejak malam sudah tidur di stasiun tersebut. Rupanya mereka adalah para suporter Persebaya yang kemalaman dan ketinggalan kereta untuk balik ke tempat masing-masing. Al-Hasil banyak yang kehilangan dari malam ....

Kata para pengangkut barang yang biasa bekerja di stasiun, ketika itu semua orang yang ada di stasiun melihat pada ana dengan penuh curiga dan keheranan, baik yang baru datang maupun yang baru turun dari kereta. Mungkin yang membuat mereka curiga dan keheranan adalah karena jarang melihat orang berpakain rapi dan jenggotan lagi cekeran dikeramain. Tentu pemandangan menimbulkan berbagai macam dugaan ...
Mungkin stres, mungkin sedang cari perhatian, cari sensasi dan sebaginya. Al-Muhim ... ana hanya merasakan satu perasaan maluuu sekaliii ...

Sambil befikir bagaimana caranya mau ikut rapat kerja di kopertais jam 08.00 pagi ini, ana mencoba bertanya pada salah seorang pekerja porter di stasiun, dimana tempat jual sepatu yang dekat dari sini ?

Jawabnya, "Di depan ini ada mool pak, tapi baru buka jam sembilanan ..."
Aku bertanya lagi, "Apa nggak ada yang lebih buka dari itu ?"
Ia berfikir sejenak, lalu bilang, "Nanti jam 07.00 ada penjual sepatu bekas dekat masjid di seberang jalan kira-kira 300 m dari sini ..."
"Terimakasih pak yaa..!"

Akhirnya ana menunggu dibuka toko sepatu loakan tersebut di ruang tunggu bersama calon penumpang lainnya. Meskipun setiap orang yang lewat dekat ana menatap dengan keheranan. Karena kelihatan aneh ... orang jenggotan, cingkrangan, berjas rapi ... tapi cekeran !! Beda jika yang cekeran itu berbaju lusuh, berwajah lesu, penampilan biasalah pokoknya ...

Tiba-tiba seorang ikhwan yang baru datang menghampiri ana, "Ini Ust Ali ya ?" Tanyanya sambil salaman.
"Kenapa ustadz ? Sepatunya hilang ?" Imbuhnya lagi.
"Iya ..." Jawab ana sambil tersenyum.
"Ada yang jual sandal nggak yang dekat dari sini ?" Tanya ana padanya.
"Oo ya ustadz, mari saya bantu carikan."

Akhirnya dapatlah sandal jepit untuk sementara menuju tempat penjualan sepatu bekas yang mau ana tuju. Tepat jam 07.00 ana keluar stasiun menuju tempat tersebut, jalan begitu padat dan ramai sekali, karena tepat jam masuk kantor dan sekolah.

Ana barjalan ditengah keramain tersebut dengan perasaan yang mungkin semua akan merasakannya. Ketika menyeberang jalan para pengendara berhenti memberi jalan namun mata mereka tertegun sejenak melihat ke arah ana.
"Ana yakin mereka mengerti, ana sedang kehilangan sandal." Gumam ana dalam hati untuk mengurangi sedikit perasaan malu. Karena penampilan aneh..! Berpakain rapi tapi pakai sandal jepit ...

Al-Hasil, sampailah ana pada tempat penjual sandal bekas tersebut. Ana maunya beli sepatu yang terbuka dibelakang alias sepatu sandal. Ana berdiri dan mencari dimana tempatnya sepatu sandal. "Ooo itu di bawah rak." Gumamku.
Aku pegang yang pertama kayaknya sudah terlalu tua / lama. Ana coba cari yang lain, tanpa ku duga, tanpa ku kira. Ana ketemu sepatu sendiri ??? Haaah ... nggak mungkin, masak iya sih ketemu sepatuku sendiri ..!!

Ana tertegun sejenak, ah ini benar sepatuku. Lalu ana tanya pada penjual, "Pak siapa yang jual sepatu saya ini kesini ? Berapa dijual pak ?"
Penjual lalu terkesimah dan agak grogi.
"Ooo ..n. ggak apa-apa bawa aja, bawa aja, ngak usah dibayar."
Ana semakin heran lagi, kok baik amat penjual ini ?!
"Benar pak ?"
"Ya bawa aja." Jawabnya ...
"Terimakasih ya pak. Kalau begitu bapak saya kasih sandal saya ini aja ..."
Lalu ana serahkan sandal jepit pada penjual tersebut. Ana masih bingung memikirkan kejadian tersebut, bercampur antara perasaan gembira, senang sekaligus keheranan. Pikiran ana mencoba mengulas kejadian tersebut, mencoba memetik pelajaran dari kejadian tersebut ...

=========================

1. Biasakan menghargai sesuatu walau bentuknya hina, bagaimanapun rapinya pakaian kita namun tidak pakai sendal tidak ada nilai kerapian tersebut. Sedangkan sendal sesuatu yang diinjak setiap hari.

Demikian pula bila anda menjadi seorang yang berhasil dalam karirnya, keberhasilan itu tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan orang-orang yang dibawah kita ... renungkanlah !

2. Sesuatu yang sudah ditaqdirkan menjadi milik kita, tidak akan kemana-mana. Rezki yang ditaqdirkan Allah unttk kita tidak akan pernah berpindah ketangan kepada orang lain, yakinlah ..
Walau ada yg mencoba merebutnya dari kita, Allah akan mengembalikannya pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar