Laman

Selasa, 28 Januari 2014

Biografi Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Nasab dan Kelahiran Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah

Beliau adalah Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Hariiz bin Maki Zainuddin az-Zura’I ad-Dimasyqi al-Hanbali. Yang lebih terkenal dengan panggilan Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Perjalanan beliau dalam Menuntut Ilmu
Ibnul Qayyim rahimahullah tumbuh berkembang di keluar yang dilingkupi dengan ilmu, keluarga yang religius dan memiliki banyak keutamaan. Ayahanda, Abu Bakar bin Ayyub az-Zura’i beliau adalah pengasuh di al-Madrasah al-Jauziyah. Disinilah al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah belajar dalam asuhan dan bimbingan ayahanda beliau dan dalam arahannya yang ilmiyah dan selamat.

Juhayman, Sang Pembajak Masjid al-Haram

Pada tahun 1979, umat Islam digemparkan dengan peristiwa besar yang menelan banyak korban jiwa, sebuah aksi yang didalangi kelompok ekstrimis, kelompok Juhayman al-Otaibi, peristiwa itu adalah pembajakan Masjid al-Haram. Masjidi al-Haram adalah tempat suci umat Islam yang sangat dihormati dan dimuliakan oleh setiap umat Islam di muka bumi ini. Kelompok Juhayman al-Otaibi dengan lancang melanggar kehormatan masjid yang mulia ini, membuat keonaran, dan menumpahkan darah di dalamnya. Dipimpin oleh Juhayman bin Muhammad bin Sayf al-Otaibi mereka membuat makar dan menakuti jamaah haji yang datang ke Baitullah al-Haram.

Senin, 27 Januari 2014

Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 4)? - Manhaj Syaikh Rabî’ dalam Timbangan Manhaj Para Ulama Kibâr


Print
Diantara sebab kerasnya sebagian saudara kita yang men-tahdzîr secara membabi buta adalah, mereka mengambil manhaj mereka (maksud saya bukan dalam hal aqidah dan fikih, tapi dalam hal tahdzîr men-tahdzîr dan tabdî' men-tabdî') hanya dari segelintir masyayikh yang sesuai dengan selera mereka, dan meninggalkan manhaj para ulama Kibâr (senior) seperti Syaikh Bin Bâz, Syaikh Al-'Utsaimîn, Syaikh Al-Albâni, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbâd, Syaikh Shâlih Al-Fauzân, para anggota Kibâr al-‘Ulamâ’, dan para anggota Al-Lajnah Ad-Dâ`imah.

Diantara para masyayikh yang mereka ambil manhajnya dalam hal ini –bahkan seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit- adalah Syaikh Rabî’ bin Hâdî Al-Madkhalî –semoga Allah meluruskan langkah beliau dan mengembalikan beliau kepada kebenaran-.

Barang siapa –yang mau jujur- dalam mengamati sepak terjang Syaikh Rabî’ Al-Madkhalî, maka ia akan mendapati bahwa manhaj beliau –khususnya dalam masalah tahdzîr dan tabdî’- sangatlah jauh berbeda dengan manhaj tiga imam dakwah salafîyah zaman ini, yaitu Syaikh Bin Bâz, Syaikh Al-Albânî, dan Syaikh Al-’Utsaimîn rahimahumullâh. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Manhaj ketiga imam tersebut telah diwarisi oleh murid-murid senior mereka yang tersebar di Kerajaan Arab Saudi, dan hingga saat ini saya belum menemukan murid-murid senior mereka yang bermanhaj seperti manhaj Syaikh Rabî’.

Minggu, 26 Januari 2014

Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 3)?

Keenam : Al-Ustadz mempermasalahkan syaikh Ali Hasan Al-Halabi yang diundang oleh Rodja untuk memberikan kajian di masjid Al-Istiqlal.

Saya juga tidak tahu mengapa al-Ustadz Dzulqornain begitu benci terhadap Syaikh Ali Hasan, bahkan sangat merendahkan beliau dengan kata-kata yang sangat kasar. Diantara perkataan al-Ustadz Dzulqornain tentang Syaikh Ali Hasan dalam surat ini :

فبلبل أفكار الدعاة بدائه في مسألة الإيمان

"Maka Ali Hasan mengacaukan pemikiran para dai dengan "penyakitnya" tentang permasalahan iman"

Al-Ustadz Dzulqornain juga berkata :

فقد كان له أيام في بعض الدورات يدرس في كتابه المشتمل على التأصيلات الباطلة المسمى بـ "منهج السلف الصالح في ترجيح المصالح ...

"Beberapa hari di sebagian dauroh Ali Hasan mengajarkan kitabnya yang mengandung "Ta'shilat-ta'shilat yang batil" yang berjudul Manhajus Salaf as-Sholeh fi Tarjiih Al-Mashoolih.."

Sabtu, 25 Januari 2014

Mengapa Kyai ‘Aswaja’ NU Begitu Takut dengan Wahabi?

Oleh: Muhamad Karyono
Dinamika dakwah Islam di tanah air dalam tiga dekade terakhir diwarnai dengan fenomena pesatnya perkembangan dakwah salafiyah yang bertujuan mengembalikan  pemahaman umat Islam kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan manhaj salafus saleh. Fakta demikian ternyata mengundang pobia luar biasa dari kalangan tradisionalis atau yang menyebut diri sebagai aswaja, di mana praktek-praktek keislaman mereka yang sarat pencampuradukan dengan budaya lokal mendapatkan koreksi dari kalangan salafi.
Perlu ditegaskan, makna aswaja dalam term kaum tradisionalis bukanlah satu pengamalan beragama yang meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam akidah maupun ibadah sebagaimana definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebenarnya, melainkan satu model baru keislaman yang memadukan berbagai unsur semisal mazhab ilmu kalam Asya’irah, tasawuf, dan ritual-ritual amaliah yang berasal dari warisan kultur Hindu-Budha. Maka tak heran, berkembangnya dakwah salafi dari Aceh hingga Papua mendatangkan kegelisahan dari kalangan tokoh aswaja NU yang selama ini terlanjur menikmati kedudukan begitu tinggi di tengah-tengah masyarakat ‘santri’.

Jumat, 24 Januari 2014

Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 2)? - Surat Al-Ustadz Dzulqornain Kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan


Print
ada apa dgn rodja 2Al-Ustadz Dzulqornain menulis :

Kepada Guru dan Orang Tua kami yang mulia, Al-'Allaamah Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan –semoga Allah menjaganya-

Asslaamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuhu

Aku memohon izin kepada Fadhilatus Syaikh untuk memaparkan sebagian permasalahan dakwah, dan aku memohon kepada Allah untuk memberi ganjaran yang terbaik kepada Fadilatus Syaikh atas kebaikan Anda.

Telah tersebar di internet rekaman suara dan transkripnya yang disebar oleh Saudara Firanda Al-Indonesiy, Mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Ia telah mengaku bersama beberapa mahasiswa Universitas Islam Madinah telah mengunjungi Anda dan mereka telah merekam pertemuan bersama Anda tersebut.

Dan transkrip pertemuan tersebut –berdasarkan rekaman yang beredar- adalah sebagai berikut :
Penanya (Firanda) : Pertanyaan berkaitan dengan Indonesia, Alhamdulillah sekarang kami memiliki dua stasiun televisi yang berada di atas Sunnah, sudah sekitar setahunan. Syaikh Abdur Rozzaq Al-Abbad Al-Badr -guru saya- juga berpartisipasi dalam stasiun televisi tersebut, dan memberi pengajian dua kali setiap pekan.

Kamis, 23 Januari 2014

ADA APA DENGAN RADIO RODJA & RODJA TV?

ADA APA DENGAN RADIO RODJA & RODJA TV?
(Nasehat Syaikh Al-'Allaamah Sholeh Al-Fauzaan hafizohullah agar para dai ahlus sunnah bersatu)

Akhir-akhir ini semakin marak dan tersebar dakwah sunnah di tanah air –dengan semata-mata karunia dan anugrah Allah-, terlebih-lebih dengan kemudahan menangkap siaran Radio Rodja dan RodjaTV di seantero tanah air. Kita hanya bisa memuji Allah atas segalanya…sama sekali tidak ada andil kita dalam tersebarnya dakwah Sunnah…semuanya dari Allah…lisan dan kata-kata tidak mampu untuk mengungkapkan kegembiraan di hati sebagian orang atas masuknya dakwah sunnah sampai di daerah-daerah terpencil. Bahkan beberapa waktu yang lalu saya mendengar kegembiraan salah seorang mahasiswa Universitas Islam Madinah yang berasal dari Sulawesi Utara, yang menceritakan bahwa masyarakat di kampung kelahirannya sangat jauh dari agama. Jika ia pulang kampung dan hendak sholat di masjid kampung, maka ia harus membersihkan terlebih dahulu mesjid yang kotor dan penuh dengan kotoran kambing-kambing yang masuk ke dalam masjid. Masjid ditinggalkan masyarakat. Diapun yang mengumandangkan adzan, lalu yang mengumandangkan iqomat, dan dia hanya bisa sholat sendirian tanpa jama'ah. Dialah sang muadzin, sang imam, dan sang makmum??!!

Selasa, 21 Januari 2014

Biografi Singkat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr

Biografi Singkat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr

Nama Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr tentu tidak asing lagi bagi segenap para penuntut ilmu Indonesia karena beliau aktif memberikan kajian ilmiah di Radio Rodja. Selain itu, beliau juga sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia dalam rangka berdakwah.
Sejatinya, kunjungan beliau ke tanah air ini harus disyukuri dan disambut gembira karena manfaatnya sangat besar seperti semakin semaraknya syi’ar dakwah, bertambahnya ilmu syar’i, bertemu dan melihat langsung akhlak para ulama. Coba bayangkan, dalam acara tabligh akbar yang diselenggarakan di Masjid Istiqlal Jakarta saja, diberitakan bahwa jumlah yang hadir lebih dari seratus ribu peserta, belum lagi di tempat-tempat kajian lainnya. Bukankah ini harus kita syukuri, wahai saudaraku?! Lantas, mengapakah ada sebagian kalangan yang justru sesak dada dengan kunjungan beliau dan malah berkomentar merendahkan beliau?!!

Kamis, 02 Januari 2014

Dibalik Kebencian Mereka terhadap Wahabi

Dibalik kebencian mereka terhadap apa yang mereka sebut Wahabi, kemungkinan besar justru sampai ke tingkat takfiri (pengkafiran). Karena Said Aqil Siradj (ketua umum NU) sendiri menirukan apa yang dia sebut ucapan Gus Dur, bunyinya:  “Anta aduwwullah wahabi, kalian musuh Allah,” ujar Aqil menirukan Gus Dur.
Perlu diketahui, yang namanya musuh Allah itu hanyalah orang kafir atau wadyabala Iblis dan syetan. Jadi selama ini NU ternyata dipimpin oleh tokoh takfiri yakni Gus Dur dan Said Aqil Siradj, yang melontarkan kata-kata, Wahabi musuh Allah. Anehnya, sambil mereka itu mengkafirkan orang yang disebut Wahabi, justru menampakkan diri berdekat-dekatan dengan orang kafir betulan.
Bila dirujuk kepada hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti Umat Islam sudah bisa langsung membaca haditsnya dan kenyataannya. Haditsnya:

إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا.

Jika seseorang berkata kepada saudaranya, “Wahai kafir!” maka salah seorang di antara dua orang itu menjadi kafir. Kalau keadaanya seperti yang dikatakan (maka sungguh dia kafir -pent), namun jika tidak, maka ucapan itu akan kembali kepada si pengucap”(Muttafaqun Alaihi).