Selamat datang di Blog ini

Menebar Dakwah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jamma'ah

Kamis, 28 Juli 2011

BAB 57 UCAPAN “SEANDAINYA”

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian 

BAB 57

UCAPAN “SEANDAINYA”





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

يقولون لو كان لنا من الأمر شيء ما قتلنا ههنا قل لو كنتم في بيوتكم لبرز الذين كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم وليبتلي الله ما في صدوركم وليمحص ما في قلوبكم والله عليم بذات الصدور

“Mereka (orang-orang munafik) mengatakan : seandainya kita memiliki sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya (kita tak akan terkalahkan) dan tidak ada yang terbunuh diantara kita di sini (perang uhud). Katakanlah : ‘Kalaupun kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji (keimanan) yang ada dalam dadamu, dan membuktikan (niat) yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi segala hati.” (QS. Ali Imran, 154).

الذين قالوا لإخوانهم وقعدوا لو أطاعونا ما قتلوا قل فادرءوا عن أنفسكم الموت إن كنتم صادقين

“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka takut pergi berperang : seandainya mereka mengikuti kita tentulah mereka sudah terbunuh. Katakanlah : Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali Imran, 168).



Diriwayatkan dalam shoheh Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل : لو أني فعلت لكان كذا وكذا، ولكن قل : قدر الله وما شاء فعل، فإن " لو " تفتح عمل الشيطان

“Bersungguh-sungguhlah dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu), dan janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah, dan jika kamu tertimpa suatu kegagalan, maka janganlah kamu mengatakan : "seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’", tetapi katakanlah : "ini telah ditentukan oleh Allah, dan Allah akan melakukan apa yang Ia kehendaki", karena kata “seandainya” itu akan membuka pintu perbuatan syetan.”


BAB 56 MEMOHON SESUATU DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian 

BAB 56

MEMOHON SESUATU DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH





Jabir Radhiallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

لا يسأل بوجه الله إلا الجنة " رواه أبو داود.

“Tidak boleh dimohon dengan menyebut nama Allah kecuali sorga” (HR. Abu Daud).



Kandungan bab ini :

Larangan memohon sesuatu dengan menyebut nama Allah kecuali apabila yang dimohon itu adalah sorga. [hal ini, demi mengagungkan Allah serta memuliakan Asma dan SifatNya.

Menetapkan kebenaran adanya wajah bagi Allah Subhanahu wata’ala (sesuai dengan keagungan dan kemulianNya).

BAB 55 LARANGAN MENOLAK PERMINTAAN ORANG YANG MENYEBUT NAMA ALLAH

K I T A B T A U H I D
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian 

BAB 55

LARANGAN MENOLAK PERMINTAAN ORANG

YANG MENYEBUT NAMA ALLAH





Ibnu Umar Radhiallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

من سأل بالله فأعطوه، ومن استعاذ بالله فأعيذوه، ، ومن دعاكم فأجيبوه، ومن صنع إليكم معروفا فكافئوه، فإن لم تجدوا ما تكافئونه فادعوا له حتى تروا أنكم قد كافأتموه" رواه أبو داود والنسائي بسند صحيح.

“Barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah, maka berilah, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah, barangsiapa yang mengundangmu maka penuhilah undangannya, dan barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikan itu (dengan sebanding atau lebih baik), dan jika engkau tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka doakan ia, sampai engkau merasa yakin bahwa engkau telah membalas kebaikannya” (HR. Abu Daud, dan Nasai dengan sanad yang shoheh).

Selasa, 26 Juli 2011

Hadits-Hadits Dhaif & Maudhu Yang Banyak Beredar Pada Bulan Ramadhan

Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat


HADITS PERTAMA : TENTANG GANJARAN ORANG YANG MELAKSANAKAN IBADAH PUASA DAN SHALAT TARAWIH

عَنِ النَّضْرِ بْنِ شَيْبَانَ قَالَ لَقِيتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي بِحَدِيثٍ سَمِعْتَهُ مِنْ أَبِيكَ يَذْكُرُهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ نَعَمْ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

"Dari Nadhir bin Syaibân, ia mengatakan, 'Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin 'Auf Radhiyallahu 'anhu) tentang Ramadhân.' Ia mengatakan, 'Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin 'Auf Radhiyallahu 'anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebut bulan Ramadhân lalu bersabda, 'Bulan yang Allâh Azza wa Jalla telah wajibkan atas kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari Allâh Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibunya". [HR Ibnu Mâjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan Nadhr bin Syaibân]

Sanad hadits ini lemah, karena Nadhr bin Syaibân itu layyinul hadîts (orang yang haditsnya lemah), sebagaimana dikatakan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitab Taqrîb beliau rahimahullah.

Ibnu Khuzaimah rahimahullah juga telah menilai hadits ini lemah dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa hadits yang sah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.

Hadits yang beliau rahimahullah maksudkan yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhâri dan Muslim dan ulama hadits lainnya lewat jalur Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang shalat (qiyâm Ramadhân atau Tarawih) dengan dasar iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu".

BAB 54 LARANGAN MENGUCAPKAN “ABDI ATAU AMATI (HAMBAKU)”


K I T A B T A U H I D
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada 

BAB 54

LARANGAN MENGUCAPKAN “ABDI ATAU AMATI (HAMBAKU)”





Diriwayatkan dalam shaheh Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

لا يقل أحدكم : أطعم ربك، وضئ ربك، وليقل : سيدي ومولاي، ولا يقل أحدكم : عبدي وأمتي، وليقل : فتاي وفتاتي وغلامي

“Janganlah salah seorang diantara kalian berkata (kepada hamba sahaya atau pelayannya) : “Hidangkan makanan untuk gustimu, dan ambilkan air wudlu untuk gustimu”, dan hendaknya pelayan itu mengatakan : “tuanku, majikanku”, dan janganlah salah seorang diantara kalian berkata (kepada budaknya) : “hamba laki-lakiku, dan hamba perempuanku”, dan hendaknya ia berkata : “bujangku, gadisku, dan anakku”.

Selasa, 19 Juli 2011

BAB 53 BERDOA DENGAN UCAPAN “ YA ALLAH AMPUNILAH AKU JIKA ENGKAU MENGHENDAKI”

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi

Pemurnian Ibadah Kepada Allah


BAB 53

BERDOA DENGAN UCAPAN

“ YA ALLAH AMPUNILAH AKU JIKA ENGKAU MENGHENDAKI”





Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

"لا يقل أحدكم : اللهم اغفر لي إن شئت، اللهم ارحمني إن شئت، ليعزم المسألة فإن الله لا مكره له".

“Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berdo’a dengan ucapan : “Ya Allah, Ampunilah aku jika Engkau menghendaki”, atau berdo’a : “Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki”, tetapi hendaklah meminta dengan mantap, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala tidak ada sesuatupun yang memaksaNya untuk berbuat sesuatu”.



Dan dalam riwayat Muslim, disebutkan :

"وليعظم الرغبة فإن الله لا يتعاظمه شيء أعطاه ".

“Dan hendaklah ia memiliki keinginan yang besar, karena sesungguhnya Allah tidak terasa berat bagiNya sesuatu yang Ia berikan”.

BAB 52 LARANGAN MENGUCAPKAN “AS SALAMU ‘ALALLAH ”

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada Allah


BAB 52

LARANGAN MENGUCAPKAN “AS SALAMU ‘ALALLAH ”





Diriwayatkan dalam shaheh Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu ia berkata :

كنا إذا كنا مع النبي في الصلاة، قلنا : السلام على الله من عباده، السلام على فلان وفلان، فقال النبي : لا تقولوا السلام على الله، فإن الله هو السلام.

“Ketika kami melakukan sholat bersama Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam kami pernah mengucapkan :السلام على الله من عباده , dan mengucapkan :السلام على فلان وفلان yang artinya : “semoga keselamatan untuk Allah dari hamba-hambanya”, dan “semoga keselamatan untuk sifulan dari sifulan”, maka Nabi bersabda : “janganlah kamu mengucapkan :السلام على الله yang artinya “keselamatan semoga untuk Allah”, karena sesungguhnya Allah adalah السلام (Maha pemberi keselamatan).

BAB 51 MENETAPKAN AL ASMA’ AL HUSNA HANYA UNTUK ALLAH DAN TIDAK MENYELEWENGKANNYA

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada Allah


BAB 51

MENETAPKAN AL ASMA’ AL HUSNA HANYA UNTUK ALLAH DAN

TIDAK MENYELEWENGKANNYA





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ما كانوا يعملون

“Hanya milik Allah lah Al Asma’ Al Husna (Nama-nama yang baik), maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma Nya itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyelewengkan Asma Nya. Mereka nanti pasti akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf, 180).

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang maksud firman Allah [يلحدون في أسمائه] yang artinya : “menyelewengkan Asma Nya” ia mengatakan, bahwa maksudnya adalah : “berbuat syirik (dalam Asma Nya), yaitu orang-orang yang menjadikan Asma-asma Allah untuk berhala mereka, seperti nama Al Lata yang berasal dari kata Al Ilah, dan Al Uzza dari kata Al Aziz”.


Dan diriwayatkan dari Al A’masy ([1]) dalam menafsirkan ayat tersebut ia mengatakan: “Mereka memasukkan ke dalam Asma Nya nama-nama yang bukan dari Asma Nya”.

Senin, 18 Juli 2011

Adakah Amalan Nisfu Sya’ban dalam Islam?

Pertanyaan:

Bagaimana dengan amalan malam Nisfu Sya’ban yang dilakukan oleh banyak orang? Apakah dibenarkan menurut agama Islam?

Jawaban:

Ada beberapa riwayat yang shahih tentang keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, tetapi tanpa mengkhususkan sebagian hari-harinya, di antaranya:

أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِيْ شَهْرٍ مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ، فَكَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ إِلاَّ قَلِيْلاً

Sesungguhnya Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (pada) bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau (banyak berpuasa -ed) dalam suatu bulan kecuali bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada kebanyakan hari di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari: 1868 dan HR. Muslim: 782)

Jumat, 15 Juli 2011

BAB 50 NAMA YANG DIPERHAMBAKAN KEPADA SELAIN ALLAH

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada Allah


BAB 50

NAMA YANG DIPERHAMBAKAN KEPADA SELAIN ALLAH





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

]فلما آتاهما صالحا جعلا له شركاء فيما آتاهما فتعالى الله عما يشركون[.

“Ketika Allah mengaruniakan kepada mereka seorang anak laki laki yang sempurna (wujudnya), maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal (anak) yang dikaruniakan kepada mereka, maha suci Allah dari perbuatan syirik mereka ” (QS. Al A’raf, 190).



Ibnu Hazm berkata : “Para ulama telah sepakat mengharamkan setiap nama yang diperhambakan kepada selain Allah, seperti : Abdu Umar (hambanya umar), Abdul Ka’bah (hambanya ka’bah) dan yang sejenisnya, kecuali Abdul Muthalib. ([1])”

BAB 49 MENSYUKURI NIKMAT ALLAH


K I T A B T A U H I D
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada Allah


BAB 49

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

ولئن أذقناهم رحمة منا بعد ضراء مسته ليقولن هذا لي

“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hak-Ku”. (QS. Fushshilat, 50).

Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan : “ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya”.

Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan : “ini adalah dari diriku sendiri”.

Firman Allah Subhanahu wata’ala :

قال إنما أوتيته على علم عندي

“(Qarun) berkata : sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al Qashash, 78).

Qotadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Maksudnya : karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha”.

Ahli tafsir lainnya mengatakan : “Karena Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid : “aku diberi harta kekayaan ini atas kemulianku”.

Rabu, 13 Juli 2011

BAB 48 BERSENDA GURAU DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH, ALQUR’AN ATAU RASULULLAH

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada Allah

BAB 48

BERSENDA GURAU DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH, ALQUR’AN ATAU RASULULLAH





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

ولئن سألتهم ليقولن إنما كنا نخوض ونلعب قل أبالله وأياته ورسوله كنتم تستهزؤون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم

“Dan jika kamu tanyakan kepada orang-orang munafik (tentang apa yang mereka lakukan) tentulah mereka akan menjawab : "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja", katakanlah : "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kalian selalu berolok-olok ?", tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman…” (QS. At Taubah, 65 – 66).

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Kaab, Zaid bin Aslam, dan Qatadah, suatu hadits dengan rangkuman sebagai berikut : “Bahwasanya ketika dalam peperangan tabuk, ada seseorang yang berkata : “Belum pernah kami melihat seperti para ahli membaca Alqur’an (qurra’) ini, orang yang lebih buncit perutnya, dan lebih dusta mulutnya, dan lebih pengecut dalam peperangan”, maksudnya adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabat yang ahli membaca Al Qur’an. Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: “kau pendusta, kau munafik, aku beritahukan hal ini kepada Rasulullah”, lalu berangkatlah Auf bin Malik kepada Rasulullah untuk memberitahukan hal ini kepada beliau, akan tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu kepada beliau.

Selasa, 12 Juli 2011

BAB 47 MEMULIAKAN NAMA-NAMA ALLAH DAN MENGGANTI NAMA UNTUK TUJUAN INI

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah Kepada 

BAB 47

MEMULIAKAN NAMA-NAMA ALLAH

DAN MENGGANTI NAMA UNTUK TUJUAN INI





Diriwayatkan dari Abu Syaraih bahwa ia dulu diberi kunyah (sebutan, nama panggilan) “Abul Hakam”, Maka Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadanya :

"إن الله هو الحكم، وإليه الحكم، فقال : إن قومي إذا اختلفوا في شيء أتوني فحكمت بينهم، فرضي كلا الفريقين، فقال : ما أحسن هذا، فما لك من الولد ؟ قلت : شريح، ومسلم، وعبد الله، قال : فمن أكبرهم ؟ قلت : شريح، قال : فأنت أبو شريح" رواه أبو داود وغيره.

“Allah Subhanahu wata’ala adalah Al Hakam, dan hanya kepadaNya segala permasalahan dimintakan keputusan hukumnya”, kemudian ia berkata kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam : “Sesungguhnya kaumku apabila berselisih pendapat dalam suatu masalah mereka mendatangiku, lalu aku memberikan keputusan hukum di antara mereka, dan kedua belah pihak pun sama-sama menerimanya”, maka Nabi bersabda : “Alangkah baiknya hal ini, apakah kamu punya anak ?” aku menjawab : “Syuraih, Muslim dan Abdullah”, Nabi bertanya : “siapa yang tertua diantara mereka ? “Syuraih” jawabku, Nabi bersabda : “kalau demikian kamu Abu Syuraih”. (HR. Abu Daud dan ahli hadits lainnya).


BAB 46 PENGGUNAAN GELAR “QODLI QUDLOT” (HAKIMNYA PARA HAKIM) DAN SEJENISNYA

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah 

BAB 46

PENGGUNAAN GELAR “QODLI QUDLOT” (HAKIMNYA PARA HAKIM)

DAN SEJENISNYA





Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

"إن أخنع اسم عند الله رجل تسمى ملك الأملاك، لا مالك إلا الله " - قال سفيان : مثل شاهان شاه - وفي رواية : "أغيظ رجل على الله يوم القيامة وأخبثه".

“Sesungguhnya nama (gelar) yang paling hina di sisi Allah Subhanahu wata’ala adalah “Rajanya para raja”, tiada raja yang memiliki kekuasaan mutlak kecuali Allah ” Sufyan[1] mengemukakan contoh dengan berkata : ‘seperti gelar syahan syah’, dan dalam riwayat yang lain dikatakan : “Dia adalah orang yang paling dimurkai dan paling jahat di sisi Allah pada hari kiamat … ”



BAB 45 BARANG SIAPA MENCACI MASA MAKA DIA TELAH MENYAKITI ALLAH


K I T A B T A U H I D
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian Ibadah 

BAB 45

BARANG SIAPA MENCACI MASA MAKA

DIA TELAH MENYAKITI ALLAH





Firman Allah Subhanahu wata’ala :

]وقالوا ما هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما يهلكنا إلا الدهر وما لهم بذلك من علم إن هم إلا يظنون[

“Dan berkata mereka : ‘Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiah, 24).



Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

"قال الله تعالى : يؤذيني ابن آدم، يسب الدهر، وأنا الدهر أقلب الليل والنهار" وفي رواية : "لا تسبوا الدهر فإن الله هو الدهر".


“Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Anak adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti”. Dan dalam riwayat yang lain dikatakan : “janganlah kalian mencaci masa, karena Allah Subhanahu wata’ala adalah Pemilik dan Pengatur masa.” ([1]).

BAB 44 UCAPAN SESEORANG : “ATAS KEHENDAK ALLAH DAN KEHENDAKMU”

K I T A B T A U H I D

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi

Pemurnian 


BAB 44

UCAPAN SESEORANG : “ATAS KEHENDAK ALLAH DAN KEHENDAKMU”





Qutaibah Radhiallahu’anhu berkata :

"أن يهوديا أتى النبي r، فقال : إنكم تشركون تقولون : ما شاء الله وشئت، وتقولون : والكعبة، فأمرهم النبي إذا أرادوا أن يحلفوا أو يقولوا : " ورب الكعبة "، وأن يقولوا : " ما شاء الله ثم شئت " رواه النسائي وصححه.

“Bahwa ada seorang Yahudi datang kepada Rasulullah, lalu berkata : “Sesungguhnya kamu sekalian telah melakukan perbuatan syirik, kalian mengucapkan: ‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’ dan mengucapkan : ‘demi Ka’bah’, maka Rasulullah memerintahkan para sahabat apabila hendak bersumpah supaya mengucapkan : ‘demi Rabb Pemilik ka’bah’, dan mengucapkan : ‘atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu’. (HR. An Nasai dan ia nyatakan sebagai hadits shoheh).



Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu menuturkan :

"أن رجلا قال للنبي :" ما شاء الله وشئت "، فقال : أجعلتني لله ندا ؟ ما شاء الله وحده".


“Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam : ‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’, maka Nabi bersabda : “apakah kamu telah menjadikan diriku sekutu bagi Allah ? hanya atas kehendak Allah semata”.

BAB 43 ORANG YANG TIDAK RELA TERHADAP SUMPAH YANG MENGGUNAKAN NAMA ALLAH


K I T A B T A U H I D
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Pemurnian 

BAB 43

ORANG YANG TIDAK RELA TERHADAP SUMPAH

YANG MENGGUNAKAN NAMA ALLAH





Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

"لا تحلفوا بآبائكم، من حلف بالله فليصدق, ومن حلف له بالله فليرض، ومن لم يرض فليس من الله" رواه ابن ماجة بسند حسن.

“Janganlah kalian bersumpah dengan nama nenek moyang kalian! Barangsiapa yang bersumpah dengan nama Allah, maka hendaknya ia jujur, dan barangsiapa yang diberi sumpah dengan nama Allah maka hendaklah ia rela (menerimanya), barangsiapa yang tidak rela menerima sumpah tersebut maka lepaslah ia dari Allah” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang hasan).



Rabu, 06 Juli 2011

Memberikan Zakat Harta Atau Fithri Kepada Kerabat Yang Fakir

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin



Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sahkah memberikan zakat harta atau zakat fithri kepada saudara-saudaraku yang fakir yang pendidikannya ditanggung ibu setelah ditinggal wafat ayah kami, rahimahullah, dan sah pulakah memberikannya kepada saudara kami yang tidak fakir namun kami rasa merekapun membutuhkannya karena banyak orang lain yang memberinya .?

Jawaban.
Memberikan zakat kepada keluarga adalah lebih utama ketimbang kepada yang lain, sebab berzakat kepada keluarga punya dua nilai, nilai sedekah dan nilai shilaturahmi kecuali jika keluarga tersebut telah menjadi tanggungan biaya hidup yang berzakat itu sendiri, maka tidak boleh diberi zakat. Namun jika saudara-saudara yang disebutkan itu dipastikan dan harta kamu tak akan cukup membiayainya, maka tak menjadi halangan untuk diberi zakat. Begitu pula, jika mereka punya hutang kepada pihak lain, maka kamu boleh membayarnya dari harta zakat, sebab hutang kerabat itu tak mesti harus dipenuhi oleh kerabatnya pula. Membayar hutang pihak lain dari hasil zakat merupakan hal yang dibolehkan. Bahkan jika anakmu atau ayahmu punya hutang dan tak mampu dibayar, maka kamu boleh membayarnya dengan hasil zakat dengan syarat bila tidak dapat dipenuhi dengan nafkah wajib.