Selamat datang di Blog ini

Menebar Dakwah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jamma'ah

Senin, 14 Maret 2011

ternyata… kita MENANG dalam PERANG UHUD

Bismillah… Segala puji bagi Alloh, sholawat dan salam semoga tercurahkan atas Rasululloh, beserta keluarga, para sahabat dan para pembelanya, amma ba’du:

(Langsung saja), kami akan menghadirkan kemenangan-kemenangan tersebut dalam poin-poin berikut ini:


Sebab peperangan:

Alloh mengutus Nabi kita Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- pada masa-masa tidak adanya kenabian, masa-masa kehidupan dipenuhi oleh gelapnya kebodohan dan kelamnya kesesatan, maka mulailah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersama para sahabatnya -yang mulia- menyebarkan agama ini keseluruh penjuru dunia, mulai mendakwahi kaum kafir dan penentang kebenaran, serta mengangkat senjata untuk membela agama ini.

Kemudian bertemulah mereka di perang badar, dan (atas izin Alloh) terwujudlah kemenangan untuk kaum muslimin, sehingga berkibarlah bendera Islam. Sedang kaum musyrikin makkah, mereka pulang dengan kekalahan, sebagian menangisi korban yang tewas, sebagian lagi meratapi nasibnya, sungguh musibah besar telah melanda mereka.


Oleh karena itu, Kabilah Quraisy mempersiapkan kekuatan lagi untuk menghadapi kaum muslimin, waktu setahun habis untuk persiapan tersebut. Dan tibalah saatnya mereka mengumpulkan pasukan dan berangkat menuju madinah, yaitu pada bulan syawal, tahun ke-3 H, dengan agenda mengambil ganti rugi dari Perang Badar.

Mereka mengambil posisi di daerah Gunung Uhud, yaitu di pinggir lembahnya, sehingga banyak kaum muslimin yang menyayangkan hilangnya kesempatan untuk menempati posisi tersebut, dan mengusulkan kepada Nabi -shollallohu alaihi wasallam- untuk menyerang mereka.

Persiapan untuk perang:

Kaum muslimin telah bersiap-siap untuk keluar menyerang mereka. Usai sholat jum’at bersama para sahabatnya, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- masuk rumahnya, kemudian keluar dalam keadaan telah siap tempur dengan baju perangnya, beliau bersabda: “tidak pantas bagi seorang Nabi, ketika telah mengangkat senjatanya, untuk menanggalkannya kembali, sehingga Alloh menghakimi antara dia dan musuhnya”.

Kemudian Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berangkat bersama seribu pasukannya. Ketika mereka sampai di tengah perjalanan antara Madinah dan lokasi gunung uhud, berpalinglah Abdulloh bin Ubay (dedengkotnya orang munafiq) bersama sepertiga pasukan muslimin. Mengetahui hal itu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- membiarkannya dan tetap meneruskan perjalanannya bersama sisa pasukan sampai di daerah gunung uhud, tepatnya di depan lembah gunung uhud. Menjadikan gunung uhud di belakang mereka, sehingga posisi pasukan musyrikin berada di antara pasukan muslimin dan kota madinah.

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- memerintahkan 50 pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdulloh bin Jubair untuk mengambil posisi di “bukit rummah”, dan memberikan komando agar mereka tetap menetap di sana, jangan sampai meninggalkan tempat tersebut, walaupun burung menyambar mereka. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “bila kalian menyaksikan kami bertempur, maka jangan turun untuk ikut membantu kami! Sebaliknya bila kalian melihat kami mengambil ghonimah, maka jangan pula kalian turun untuk ikut mengambilnya!”

Pada sabtu pagi Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersiap untuk perang, beliau mengenakan baju perangnya dan memberikan aba-aba kepada para pemuda. Nabi -shollallohu alaihi wasallam- melarang mereka yang masih belum cukup umur untuk mengikuti perang, kecuali beberapa orang saja, diantaranya Samuroh bin Jundub dan Rofi’ bin Khudaij ra. Keduanya waktu itu masih berumur 15 tahun.

Pasukan musyrikin juga mempersiapkan diri untuk perang, jumlah mereka 3000 personil, termasuk 200 pasukan berkuda yang dipimpin oleh Abu Sofyan. Yang mereka inginkan adalah padamnya cahaya ilahi dan menyesatkan umat manusia.

Sedangkan jumlah pasukan muslimin hanya 700 orang, target mereka adalah kemenangan atau mati syahid. Nabi -shollallohu alaihi wasallam- memberikan suntikan semangat tempur kepada para sahabatnya, dan menasehati mereka agar tetap sabar dan teguh.

Mulai perang:

Bertemulah dua pasukan tempur itu dan mereka saling mendekat, pedang-pedang dihunuskan, tombak-tombak diacungkan dan anak-anak panah siap diterbangkan. Dua kubu itu adalah kubu Alloh dan kubu setan.

Akhirnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- mengijinkan untuk perang, dan mulailah dua kubu saling merapat, kedua pasukan mulai bertempur, dan perang pun mulai berkecamuk. Pada saat itu pasukan muslimin mampu menguasai keadaan, dan Alloh menurunkan kemenangan kepada mereka, sehingga kaum musyrikin kalah, bendera-bendera mereka berjatuhan, dan akhirnya mereka terpukul mundur.

Ketika pasukan pemanah menyaksikan kekalahan pasukan musyrikin, mereka mengira pasukan musyrikin tidak akan kembali menyerang, sehingga sebagian besar dari mereka turun untuk mengambil ghonimah, meninggalkan posisi yang mereka diperintah oleh Rosul -shollallohu alaihi wasallam- untuk tetap mempertahankannya. Abdulloh bin Jubair sebagai pemimpin pasukan pemanah, berusaha memperingatkan mereka agar tetap berada pada posisi mereka, tetapi mereka tetap turun dan meninggalkan posisi tersebut.

Dari balik Bukit Rummah, Kholid bin Walid (yang pada saat itu masih musyrik) tak menyia-nyiakan kesempatan, Ia membunuh sisa-sisa pasukan pemanah yang masih tetap berada pada posisi mereka di atas bukit Rummah, sehingga posisi pasukan muslimin berada diantara pasukan musyrikin yang ada di belakang mereka, dan pasukan pejalan kaki -dari kaum muslimin sendiri- yang ada di depan mereka. Pasukan musyrikin mengepung pasukan muslimin. Akhirnya sebagian pasukan muslimin kalah, barisan mereka terpecah-pecah, bahkan terjadi saling membunuh diantara mereka sendiri –semoga Alloh meridhoi mereka-.

Pasukan musyrikin kembali mengibarkan bendera, sebaliknya barisan pasukan muslimin menjadi kacau-balau. Itulah takdir yang sudah menjadi kehendak Alloh swt, Ia memuliakan mereka dengan mati syahid.

Meskipun keadaan telah gawat, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- tetap berada di posisinya, beliau memanggil sisa-sisa pasukannya sehingga sebagian mereka kembali bersama Nabi -shollallohu alaihi wasallam-.

Akhirnya pasukan musyrikin sampai kepada Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka ingin membunuhnya. Mereka telah melukai wajahnya, menjatuhkan gigi taringnya dengan batu, wajah beliau terkena pukulan dua perisai dan mereka berhasil meremukkan topi baja yang beliau kenakan.

Mereka melemparnya dengan batu dan mengenai pinggang beliau, akhirnya beliau pun jatuh di salah satu parit (yang digali oleh Abu Amir al-fasiq untuk menjebak kaum muslimin). Datanglah sahabat Ali ra. untuk menolong Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, kemudian sahabat tholhah bin ubaidillah mendekap beliau, pada saat itulah mush’ab bin Umair gugur di hadapan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-.

Kaum musyrikin akhirnya menemukan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, dan sekitar sepuluh sahabat langsung menghalau sampai mereka semua syahid. Kemudian Tholhah bin Ubaidillah maju melawan mereka, hingga berhasil menjauhkan mereka dari Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, meskipun akhirnya tangannya cacat.

Selanjutnya Abu Dujanah melingkupkan badannya guna melindungi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dengan punggungnya, serbuan panah yang banyak bersarang di punggungnya tak membuatnya bergeming demi melindungi Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-. Pada saat itulah setan mengumumkan dengan suara sangat lantang bahwa Muhammad telah terbunuh, tentu saja berita tersebut dianggap benar oleh banyak pasukan muslimin, sehingga kebanyakan mereka lari meninggalkan peperangan, dan terjadilah apa yang telah ditakdirkan oleh Alloh swt.

Selanjutnya Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menghampiri pasukan muslimin. Melihat beliau datang mereka langsung berkumpul menyambutnya, dan bergerak menapaki jalan diantara gunung yang mereka turuni, kemudian menyandarkan diri ke gunung.

Sahabat Ali bin Abi Tholib berusaha membersihkan darah dari wajah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dengan menyiramkan air ke kepala beliau. Karena putri beliau Fatimah melihat air tersebut malah menyebabkan darah beliau semakin deras mengalir, maka ia mengambil sepotong kain yang sudah dibakar dan menempelkannya di tempat keluarnya darah, akhirnya darah berhenti mengalir.

Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berusaha memaksakan diri dengan sekuat tenaga untuk berjalan, dan pada saat hendak menaiki batu besar yang ada di sana beliau tidak kuat, maka duduklah tholhah dan mempersilahkan Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- untuk naik di atasnya, dan mereka dikejutkan oleh banyaknya korban yang terlihat.

Akhir peperangan:

Kemudian Rosul -shollallohu alaihi wasallam- turun melihat para syuhada, mereka telah dimutilasi dengan sangat kejam, beliau juga menghampiri pamannya Hamzah, beliau mendapatinya di lembah, perutnya terbelah, sedang hidung dan telinganya hilang.

Pasukan musyrikin akhirnya pulang menuju tempat peristirahatanya, dengan beberapa bagian tubuh yang sudah cacat dan nyawa-nyawa yang sudah di pucuk ubun-ubun. Semua peristiwa ini terjadi pada hari sabtu.

Dan berakhirlah peperangan itu dengan hasil akhir: 70 pahlawan syahid dari pasukan muslimin dan 22 korban binasa dari pasukan kafir, mayat-mayat kita di surga, sedang mayat-mayat mereka di neraka.

Pelajaran berharga dari peperangan ini:

Perang uhud adalah sebuah kemenangan bukan kekalahan, perang yang sarat dengan pelajaran dan nasehat. Peristiwa tersebut merupakan lembaran istimewa yang diwarisi oleh generasi-generasi setelahnya. Alloh menurunkan padanya 60 ayat di dalam kitab-Nya, yang mempunyai pengaruh yang sangat dalam di sanubari Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, sehingga beliau terus mengenangnya hingga beliau mendekati ajalnya.

Keutamaan para sahabat:

Sesungguhnya agama ini sampai kepada kita dengan jerih payah para sahabat, dan para salaf kita telah banyak mengenyam pahitnya musibah dan cobaan demi kejayaan agama ini.

Sahabat Anas bin Nadhr, di dalam perang ini ia terkena lebih dari 80 tusukan, kemudian dimutilasi oleh musuh, sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya kecuali saudara perempuannya, ia tahu saudaranya tersebut dari bentuk jari-jemarinya. Ditemukan pula pada jasad Sa’d bin Robi’ 70 tusukan. Maka (lihatlah diri kita)! apa yang telah kita sumbangkan untuk agama ini?.

Para sahabat yang mulia telah meraih keutamaan mendampingi Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, keutamaan sebagai pendahulu pelaku kebaikan, dan keutamaan telah berpartisipasi untuk memperjuangkan agama ini. Diantara mereka ada yang menderita cacat tubuh, ada yang terkoyak jasadnya, dan ada pula yang menjadi janda karenanya. Mereka mengorbankan jiwa mereka untuk agama ini, sehingga sampai kepada kita dengan lengkap dan sempurna. Maka hargailah mereka dengan sepantasnya, syukurilah langkah mereka dan berdoalah untuk keridhoan mereka, karena tuhan telah mencintai mereka. (Semoga Alloh meridhoi mereka dan menjadikan mereka ridho kepada-Nya).

Bahaya kemaksiatan:

Dengan kemaksiatan akan berbalik roda kehidupan, dalam peperangan tersebut banyak jiwa yang melayang karena satu kesalahan, Nabi Adam keluar dari surga karena satu kemaksiatan, dan ada pula perempuan masuk neraka disebabkan karena perbuatannya kepada seekor kucing. Oleh sebab itu, teguhlah dalam ibadah dan ketaatan, karena itu akan menjadi penyelamat anda dari himpitan dan akan menjadi penolong anda dalam kesusahan. Janganlah jadikan amalan anda bumerang yang menjadikan musuh semakin mudah mengalahkan anda.

Pemuda dari generasi Sahabat:

Ikut dalam peperangan ini sahabat Samuroh dan Rofi’, waktu itu mereka berdua baru berumur 15 tahun. Dengan darah para pemuda sahabatlah agama ini bisa tegak, bukan dengan senda gurau, bukan pula dengan mengumbar syahwat. Para orang tua yang berusaha mendidik mereka, sehingga mereka memetik buah kebaikannya. Maka apa yang telah disumbangkan pemuda kita kepada agamanya? Apa tujuan mereka? Apa yang mereka cita-citakan? Apa yang mereka cari? Dan dengan apa mereka bergantung?

Jauhilah teman yang tidak baik, karena mereka akan menghinakan anda dalam segala keadaan, mereka akan menjadi teman ketika anda dalam kemudahan, dan akan menjadi musuh ketika anda dalam kesusahan. Lihatlah kaum munafiq yang telah menghianati para sahabat di saat-saat keadaan sangat genting.

Pilihlah teman hidup yang baik, karena mereka akan selalu menjaga anda, baik ketika anda ada dihadapannya maupun tidak. Untuk kebaikan anda, mereka berbuat, dan dari kejelekan, mereka berusaha agar anda selamat.

Masyarakat yang baik:

Al-haq telah banyak mengukir sejarah, sedang kebatilan telah banyak menorehkan noda, dan akhir yang baik hanyalah bagi mereka yang bertakwa. Maka dari itu, janganlah anda putus asa untuk memperbaiki masyarakat dan jangan pula anda pesimis dengan hidayahN-ya, karena Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabar dengan gangguan dan siksaan sampai akhirnya manusia berbondong-bondong memasuki agama Alloh ini.

Sesungguhnya akhir dari segala sesuatu di tangan Alloh, maka titilah jalan dakwah, dan jangan lupa untuk terus berdoa, karena hidayah manusia adalah di tangan yang sang pencipta.

Abu sofyan, di perang uhud adalah pemimpin pasukan musyrikin, dan slogannya ketika itu “hidup berhala Hubal”, tetapi di peristiwa penaklukan kota makkah ia bersaksi: “laa ilaaha illallooh”. Wahsyiy, adalah pembunuh paman rosulululloh -shollallohu alaihi wasallam- Hamzah, tetapi kemudian masuk Islam, dan dialah yang menghabisi nyawa nabi palsu Musailimah al-Kadzdzab.

Oleh karenanya waspadalah dengan perubahan hati, karena hati seorang hamba itu berada di antara jari-jemari Ar-Rohman, Ia membolak-balikkannya kapan saja Ia kehendaki, maka mintalah selalu keteguhan hati.

Kewajiban bertaubat:

Meskipun seorang hamba berlumuran dosa, tetap saja taubat akan membersihkan noda, meskipun tumpukan dosa tersebut setinggi langit. “Kholid bin Walid”, seorang pahlawan kekufuran, telah gugur di tangannya banyak sahabat yang mulia, tetapi ketika Allah membukakan pintu hatinya, ia datang membaiat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan mengatakan: wahai Rosululloh! aku (bersedia masuk Islam) tapi dengan syarat, yaitu agar diampuni dosa-dosaku. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “ya Kholid! belum tahukan kamu, bahwa islam menghapus semua kesalahan yang telah lalu, begitu pula taubat melebur segala dosa yang telah lampau?!”

Maka selamatkan diri anda dari jeratan dosa, dan menghadaplah kepada Tuhanmu dengan taubat nasuha, karena kebaikan akan menghapus kesalahan. Janganlah anda enggan untuk berpegang teguh dengan agama ini, karena telah banyak darah yang mengalir untuk memperjuangkannya.

Bersikap sabar dengan kerabat:

Kadang seseorang mendapatkan cobaan lewat kerabat dan sanak familinya, maka bersabarlah dengan sikap mereka yang tidak baik, lihatlah apa yang dilakukan kerabat Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka meninggalkan negara dan hartanya, datang ke madinah untuk membunuh Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan memutilasi para sahabatnya, perbuatan yang tidak dilakukan oleh kebanyakan kaum kafir yang lain, padahal mereka adalah darah dagingnya sendiri.

Meskipun demikian, pada saat penaklukan kota makkah beliau memaafkan dan menghalalkan mereka, beliau bersabda: “pergilah, karena kalian telah aku bebaskan”, maka ambillah teladan dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dalam kearifan dan sifatnya yang pemaaf. Sambunglah tali silaturrahmi dan abaikan sikap buruk mereka terhadap anda, karena jerih payah kita akan sia-sia dengan adanya perselisihan dan pertengakaran, sebaliknya di dalam kerukunan dan kesepakatan terdapat jiwa yang jernih (mau menerima ajakan kebaikan).

Jauhilah perpecahan dan perbedaan pendapat, karena keduanya adalah kekalahan, Alloh berfirman (yang artinya): “janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (al-anfal: 46).

Janganlah menyepelekan maksiat ketika anda sedang dalam kesenangan, karena bisa jadi manisnya kesenangan tersebut berganti dengan pahitnya kesedihan. Ambillah pelajaran dari para sahabat, ketika pasukan pemanah senang dengan ghonimah, sehingga mereka turun dari bukit rummah untuk mengumpulkan harta rampasan. Karena tindakan itulah mereka mengalami kekalahan. Dunia ini tidak akan tetap pada satu keadaan, maka jadilah anda orang yang penyabar dalam kesusahan, dan yang bersyukur ketika dalam kemudahan.

Kedudukan para Nabi:

Para nabi –alaihimus salam- adalah hamba dan makhluk Alloh, telah menimpa mereka apa yang juga menimpa manusia biasa. Oleh karena itu, janganlah mengangkat mereka melebihi kedudukannya, dan jangan pula memposisikan mereka lebih rendah dari derajatnya. Lihatlah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- ketika perang, beliau mengenakan baju perangnya, menggunakan senjatanya, para sahabat juga membantunya, bahkan Jibril dan Mikail pun ikut perang bersamanya. Meskipun begitu, beliau tetap terkena goresan di wajahnya dan tanggal pula gigi taringnya.

Selamanya segala urusan itu di tangan Allah, hanya Dialah yang bisa mendatangkan manfaat dan bahaya. Seandainya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berkuasa atas dirinya sendiri, tentulah tidak akan mengalir darah dari tubuhnya. Maka tujukanlah ibadah anda hanya kepada Al-jabbar, dan bersimpuhlah di hadapan Al-qohhar, niscaya –dengan izinnya- jalan yang luas akan terhampar.

Gunung Uhud:

Gunung Uhud bukanlah tempat untuk bertabarruk, tidak pula untuk diambil kerikilnya. Di tempat itu telah gugur 70 pasukan muslim, di sana pula Rosul -shollallohu alaihi wasallam- terluka. Seandainya tempat tersebut bisa memberikan manfaat, tentulah tidak akan terjadi musibah-musibah itu. Oleh karena itu serahkanlah semua urusanmu hanya kepada Alloh, dan kembalilah padanya ketika sedang dalam bencana.

Menghargai mereka yang memperjuangkan agama ini, adalah merupakan budi pekerti yang luhur, dan termasuk etika yang mulia adalah balas budi kepada mereka yang membantu kita, oleh karenanya darah para syuhada uhud tetap terkenang di sanubari Rosul -shollallohu alaihi wasallam- sampai pada tahun wafatnya beliau, dan beliau sholat untuk korban perang uhud, setelah 8 tahun dari kejadian tersebut sebagai tanda perpisahan, Alloh berfirman (yang artinya): (*) Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Orang-orang yang syahid di jalan Allah, Ia tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (*) Ia akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka (*) dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang Telah diperkenalkan-Nya kepada mereka. (Surat Muhammad: 4-6)

Maka muliakan pahlawan-pahlawan agama ini, jagalah peninggalan mereka, hormatilah mereka sebagai seorang sahabat, serta jagalah rahasia-rahasia mereka.

Abu sofyan berkata: “aku tidak pernah melihat, kecintaan seseorang kepada orang lain, seperti kecintaan para sahabat kepada Muhammad”.

Malapetaka:

Surga tidak akan diraih kecuali setelah melewati jembatan cobaan, melewati jalan yang panjang, jalan yang penuh dengan kesusahan dan malapetaka. Dalam cobaan (baik yang berupa kemenangan maupun kekalahan) terdapat perasaan rendah diri dan tunduk, yang merupakan sebab dari kemuliaan dan kemenangan. Dan apabila Alloh swt ingin memuliakan hambanya, Ia berikan cobaan kepada hambanya dahulu, kemudian dari situlah kemuliaan itu muncul sesuai dengan kadar sifat tunduknya dan banyaknya ia bersimpuh di hadapan Alloh swt.

Alloh -azza wajalla- telah menyiapkan untuk hamba yang beriman kedudukan yang mulia di surga-Nya, yang tidak bisa dicapai dengan amalan mereka, kedudukan tersebut tidak akan mereka raih kecuali dengan musibah dan cobaan. Oleh karena itulah Alloh jadikan banyak sebab yang dapat mengantarkan mereka kepada derajat tersebut, yaitu dengan menimpakan kepadanya musibah dan cobaan, untuk menguji batin dan membuka apa yang ada di balik tabir. Oleh karena itu, relakanlah apa yang sudah menjadi kepastian bagimu, dan serahkanlah kepada Alloh apa yang sudah menjadi takdirmu.

Sebagian salaf mengatakan: “Seandainya tidak ada musibah, maka tentulah kita akan datang di akhirat dalam keadaan merugi”. Hari-hari di dunia ini akan terus berubah, ia tidak akan tetap pada satu keadaan. Adakalanya menang, kalah, mulia, hina, sakit, sehat, miskin dan kaya. Oleh karena itu manfaatkanlah kesempatan itu untuk simpanan akhiratmu, dan barangsiapa memilih dunianya, niscaya ia akan merugi di akhirat dan agamanya.

Ziarah ke makam syuhada uhud:

Disyariatkan untuk ziarah ke syuhada uhud, karena Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dahulu berziarah dan mendoakan mereka. Beliau juga mengajari para sahabatnya ketika berziarah untuk mengucapkan:

السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين, وإنا إن شاء الله بكم لاحقون, أسأل الله لنا ولكم العافية (مسلم)ـ

Semoga keselamatan atas kalian, ahli kubur yang mukmin dan muslim, insyaAlloh kami (juga) akan menyusul kalian, aku memohon kepada Alloh untuk keselamatan diriku dan kalian.

Tidak ada doa khusus untuk panglima syuhada uhud (Sahabat Hamzah) maupun syuhada-syuhada yang lainnya.

Kesalahan dan Koreksinya:

Disyariatkannya ziarah Syuhada Uhud adalah untuk mendoakan mereka. Adapun beristighosah dan meminta kepada mereka, itu merupakan perbuatan syirik akbar, Alloh berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, Maka sungguh kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Yunus: 106)
Berdoa disamping mayat dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap kubur adalah termasuk perbuatan bid’ah (yang tidak dituntunkan oleh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-).
Membaca Fatihah atau sebagian surat dari Alqur’an untuk arwah para syuhada uhud adalah termasuk bid’ah (yang tidak dituntunkan oleh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-).
Masjid-masjid dan tempat-tempat yang disyariatkan untuk diziarahi di kota madinah adalah: Masjid Nabawi, Masjid Quba, Makam Baqi’ Dan Makam Syuhada Uhud saja. Adapun masjid-masjid dan tempat-tempat yang lain, itu tidak memiliki keutamaan (khusus), sehingga tidak disyariatkan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut (dengan tujuan ibadah).
وصلى الله على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه وسلم

Alih bahasa oleh: Abu Abdillah Musyaffa’ Addariny.

Selesai di Madinah, 29 November 2008

Judul Asli:

أحد، نصر لا هزيمة

PERANG UHUD Sebuah Kemenangan, Bukan Kekalahan

Oleh: Dr. Abdul Muhsin bin Muhammad Alqosim (imam dan khotib Masjid Nabawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar