Telah sampai kepada kami ceramah yang disampaikan oleh Habib Rizieq Shihab. Di dalam ceramahnya tersebut, Habib Rizieq mengomentari buku Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang berjudul “Mulia dengan Manhaj Salaf”.
Buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” berisi tentang cara/metode beragama yang benar, yaitu bermanhaj dengan manhaj salaf. Ustadz Yazid menjelaskan tentang manhaj salaf dan yang berkaitan dengannya secara gamblang. Beruntunglah orang yang bisa mengambil manfaat.
Di dalam muqaddimah buku ini dikatakan, “Dalam buku ini, penulis akan menjelaskan dengan jelas dan gamblang tentang hujjahnya manhaj para sahabat, yang akan mengantarkan kita kepada cara beragama yang benar, menuju kepada kejayaan umat, dan yang paling penting ialah bahwa kita berpegang dengan manhaj salaf tidak lain tujuan kita ingin masuk surga.
Dalam buku ini, penulis menjelaskan prinsip-prinsip penting manhaj salaf dalam aqidah, manhaj, dakwah, akhlak dan lainnya. Tentang siapakah orang yang paling berhak disebut salafi dan bagaimana cirinya. Penulis juga menyebutkan faedah-faedah dan manfaat yang besar dari berpegang teguh dengan manhaj salaf.1
Bantahan pertama.
Jelaslah bagi kita bahwa buku ini ditulis untuk menjelaskan tentang metode beragama yang benar, yaitu metode salaf atau manhaj salaf. Maka kami katakan: Kelirulah Habib Rizieq yang berkomentar bahwa buku ini dapat memecah belah umat, bahkan sebaliknya buku ini dapat menyatukan umat. Menyatukan kaum muslimin di atas agama yang benar, dan di atas cara beragama yang benar. Buku ini mengajak umat untuk mengamalkan Islam sebagaimana pengamalan Rasulullah dan Sahabat-sahabatnya. Inilah manhaj salaf. Pahamilah hal ini!
Selain itu, di dalam buku ini juga terdapat pembahasan tentang menyatukan kaum muslimin di atas al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman salaf. Ini menunjukkan penulis buku juga memperhatikan persatuan kaum muslimin, dan menginginkan persatuan bagi kaum muslimin.
Ketahuilah Saudara-Saudariku (semoga Allah memberikan kepahaman kepadamu), pada hakikatnya orang-orang sesatlah yang membuat perpecahan. Adapun orang yang bermanhaj salaf, maka bukanlah pemecah belah umat. Kenapa? Karena orang-orang bermanhaj salaf adalah orang yang meneladani pengamalan dan pemahaman agama Rasulullah dan Sahabatnya. Adapun orang-orang sesat membuat pemikiran-pemikiran baru yang menjadikan umat berpecah belah. Oleh sebab itu, umat akan bersatu jika mereka kembali kepada manhaj salaf, yaitu metode beragama Rasulullah dan Sahabatnya. Sebaliknya mereka akan berpecah belah jika melenceng dari manhaj salaf.
Oleh sebab itu Habib Rizieq tidak perlu prihatin dengan terbitnya buku ini, bahkan Habib Rizieq seharusnya berbahagia karena terbitnya buku yang menjelaskan metode beragama yang benar.
Apa yang dimaksud dengan manhaj?
Manhaj menurut bahasa artinya jalan yang jelas dan terang.
Allah Ta’ala berfirman,
“…Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” (QS. Al-Maa-idah: 48).
Ibnu Abbas berkata menafsirkan, “Maksudnya, jalan dan syari’at.”2
Sedang menurut istilah, manhaj ialah kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi setiap pembelajaran ilmiah, seperti kaidah-kaidah bahasa Arab, ushul aqidah, ushul fiqih, dan ushul tafsir di mana dengan ilmu-ilmu ini pembelajaran dalam Islam beserta pokok-pokoknya menjadi teratur dan benar.3
Manhaj artinya jalan atau metode. Dan manhaj yang benar adalah jalan hidup yang lurus dan terang dalam beragama menurut pemahaman para sahabat Nabi.
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan menjelaskan perbedaan antara aqidah dan manhaj, beliau berkata, “Manhaj lebih umum daripada aqidah. Manhaj diterapkan dalam aqidah, suluk, akhlak, muamalah, dan dalam semua kehidupan seorang muslim. Setiap langkah yang dilakukan seorang muslim dikatakan manhaj. Adapun yang dimaksud dengan aqidah adalah pokok iman, makna dua kalimat syahadat, dan konsekuensinya. Inilah aqidah.”4
Apa yang dimaksud dengan salaf?
Menurut bahasa.
Salaf berasal dari kata salafa-yaslufu-salafan, artinya telah lalu. Kata salaf juga bermakna: seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan.
Ibnu Manzhur mengatakan, “Salaf juga berarti orang yang mendahului Anda, baik dari bapak maupun orang-orang terdekat (kerabat) yang lebih tua umurnya dan lebih utama. Karena itu generasi pertama dari umat ini dari kalangan para Tabi’in disebut sebagai as-Salafush Shalih.”5
Masuk juga dalam pengertian secara bahasa, yaitu sabda Rasulullah kepada anaknya, Fathimah, “Sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku.” (HR. Muslim)6
Menurut istilah.
Adapun menurut istilah, salaf adalah sifat yang khusus dimutlakkan kepada para Sahabat Nabi. Ketika disebutkan Salaf maka yang dimaksud pertama kali adalah para Sahabat. Adapun selain mereka ikut serta dalam makna Salaf ini, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka. Artinya, bila mereka mengikuti para Sahabat maka disebut Salafiyyin, yaitu orang-orang yang mengikuti Salafush Shalih.7
Kami persilahkan para pembaca untuk mempelajari Surat at-Taubah ayat 100. Dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan generasi pertama umat ini yaitu para sahabat dari kalangan muhajirin dan anshar. Mereka adalah orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka dijamin masuk surga. Dan orang-orang setelah mereka, yang mengikuti mereka dengan baik dalam aqidah, manhaj dan lainnya, maka mereka pun akan mendapatkan ridha Allah dan akan masuk surga.
Imam al-Ghazali berkata ketika mendefenisikan salaf, “Yang saya maksud adalah madzhab Sahabat dan Tabi’in.”8
Al-Baijuri berkata, “Maksud dari orang-orang terdahulu (salaf) adalah orang-orang terdahulu dari kalangan para Nabi, para Sahabat, Tabi’in, dan para pengikutnya.”9
Yang dimaksud dengan Salaf pertama kali adalah Sahabat karena Rasulullah telah menyebutkan, Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).” (Muttafaq ‘alaihi).10
Berdasarkan keterangan di atas menjadi jelaslah bahwa kata salaf mutlak ditujukan untuk para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.11
Salaf adalah istilah yang sah. Istilah yang dipakai untuk orang-orang yang menjaga keselamatan aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasululllah dan para sahabatnya sebelum terjadi perselisihan dan perpecahan.12
Makna Salafiyyah
Adapun salafiyyah, maka itu adalah nisbat kepada manhaj salaf, dan ini adalah penisbatan yang baik kepada manhaj yang benar, dan bukan suatu bid’ah dari madzhab yang baru.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) mengatakan, “Bukanlah merupakan aib bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbatkan diri kepadanya, bahkan wajib menerima yang demikian itu darinya berdasarkan kesepakatan (para ulama) karena madzhab salaf tidak lain kecuali kebenaran.”13
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga mengatakan, “Telah diketahui bahwa karakter ahlul ahwa’ (pengekor hawa nafsu) ialah meninggalkan atau tidak mengikuti salaf.”14
Dari penjabaran makna Salafiyyah, baik dari sisi pengertian maupun penisbatan kepadanya, nampak jelaslah kesalahan para penulis dan pemikir yang menganggap penisbatan diri kepada Salafush Shalih, da’i-da’i yang menyeru kepadanya, bermanhaj dengan manhajnya, dan memperingatkan orang-orang yang menyelisihinya sebagai bagian dari firqah (kelompok) yang banyak meracuni umat Islam. Bahkan mereka menganggap bahwa mengingatkan umat dari manhaj yang menyimpang adalah penyebab perpecahan.15
Bantahan kedua.
Maka kelirulah Habib Rizieq Shihab yang menganggap bahwa mengingatkan umat dari manhaj yang menyimpang adalah penyebab perpecahan. Padahal mengingatkan umat dari manhaj yang menyimpang adalah bentuk nasehat kepada umat. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan umat agar tidak terjerumus dalam penyimpangan dan kesalahan. Perhatikanlah hal ini!
Oleh sebab itu, jika telah jelas kesesatan suatu kelompok yang melenceng dari Islam yang benar maka tidak perlu ragu untuk menyatakan kesesatannya.
(Tulisan bersambung, Insya Allah).
Disusun oleh Abu Aslam bin Syahmir Marbawi.
Footnote:
1 Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas halaman 11-12.
2 Tafsiir Ibnu Katsiir (III/129) tahqiq Sami bin Muhammad as-Salamah, cet. IV Daar Thayyibah, th. 1428 H. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas halaman 13.
3 Al-Mukhtasharul Hatsiits fii bayaani Ushuuli Manhajis Salaf Ash-haabil Hadiits halaman 15. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 13.
4 Al-Ajwibah al-Mufiidah ‘an As-ilati Manaahijil Jadiidah (halaman 123). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 13-14.
5 Lisaanul ‘Arab (VI/331). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 14.
6 Shahih: HR. Muslim (no. 2450 [98]). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 15.
7 Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 15.
8 Iljamul Awaam ‘An ‘Ilmil Kalaam (halaman 62). HR. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 16.
9 Tuhfatul Muriid Syarah Jauharut Tauhiid (halaman 231). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 16.
10 HR. Al-Bukhari (no. 2652) dan Muslim (2533[212]). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 17.
11 Usus Manhaj Salaf fii Da’wati ilallah (halaman 24). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar