Selamat datang di Blog ini

Menebar Dakwah Salafiyyah, Ahlus Sunnah wal Jamma'ah

Senin, 03 Januari 2011

Membaca Kalamullah dengan Benar Nan Indah (1)

Tipe Manusia dalam Membaca Al-Quran

Para ulama qurro’(ahli baca Al-Quran –muslimah) yang mu’tabar (diakui keilmuannya –muslimah) telah membagi tipe-tipe manusia dalam membaca Al-Quran menjadi tiga macam:


1. Muhsin ma’jur

Muhsin ma’jur adalah orang yang baik dalam membaca Al-Quran dan mendapat pahala, yaitu orang-orang yang membaca Al-Quran dengan baik dan sempurna sebagaimana yang telah diturunkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka orang seperti ini akan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan,

اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَ الَّذِيْ يَقْرَؤُهُ وَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَ هُوِ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang pandai dalam membaca Al-Quran itu akan bersama dengan para malaikat yang mulia, dan barangsiapa yang membaca Al-Quran dengan tersendat-sendat (terbata-bata) dan merasa keberatan maka baginya dua pahala.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)


2. Musi’ ma’dzur

Musi’ ma’dzur adalah orang yang jelek bacaannya tapi dimaklumi, yaitu orang-orang yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk belajar Al-Quran tetapi dia tidak mampu membaca dengan baik, tidak ada orang yang mengajarinya dengan benar, atau situasi yang tidak memungkinkan untuk belajar. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangupannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)

Namun hendaknya dia terus berusaha memperbaiki bacaan Al-Quran. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan sehingga dia mampu membaca dengan baik.

3. Musi’ atsim

Musi’ atsim adalah orang yang jelek bacaannya dan mendapatkan dosa dari Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu orang-orang yang merasa cukup dengan dirinya, mengandalkan otaknya atau hanya bersandar pada buku-buku yang ada dan merasa sombong untuk kembali kepada orang yang mengetahui ilmu ini secara mendalam. Maka tidak diragukan lagi bahwa orang seperti ini akan mendapatkan dosa dan kesalahannya tidak bisa dimaklumi. (Panduan Praktis Tajwid, hlm. 150–151)

Nasihat Para Ulama Ahlus Sunnah

Berkut ini adalah beberapa nasihat dari para ulama:

Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah selalu meminta pada orang-orang yang bagus bacaannya untuk tampil di depan murid-muridnya guna mengalunkan ayat-ayat Al-Quran, terlebih lagi terhadap merka yang punya suara yang bagus. Beliau sangat senang dengan murid-murid seperti ini.
Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah selalu menguji muridnya tentang Al-Quran. Beliau membaca sebagian ayat-ayat Al-Quran lalu muridnya disuruh menjawab surat apa yang telah dibaca Syekh Muqbil tersebut.
Syekh Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri hafizhahullah menasihati muridnya untuk belajar ilmu tajwid. Berkali-kali beliau menasihatkan hal ini dalam majelis yang dihadiri oleh ribuan murid-muridnya.
Syekh Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri hafizhahullah selalu mengumandangkan perkataan dengan mengatakan bahwa tidak selayaknya ada seorang da’i atau pengarang buku atau pentahqiq kitab, namun dia tidak mampu membaca Al-Quran dengan baik. Ini adalah suatu hal yang memalukan.
Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin Bazz rahimahullah pernah ditanya, “Wahai Syekh, matan (suatu kitab) apa yang paling bagus untuk dihapal?” Beliau menjawab, “Sebaik-baik matan yang harus dihapal adalah Al-Quran.”
Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy rahimahullah mengatakan bahwa sebaik-baik buku tentang ilmu akidah adalah Al-Quran Al-Karim. Syekh Yahya menambahkan bahwa sebaik-baik buku tentang ilmu akidah adalah Al-Quran, sebaik-baik buku tentang ilmu fikih adalah Al-Quran, dan sebaik-baik penjelas tentang orang-orang yang berbuat kedustaan adalah Al-Quran.
Syekh Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri hafizhahullah selalu menganjurkan muridnya untuk menghapal Al-Quran dan As-Sunnah, dan melarangnya untuk langsung terjun ke perpustakaan karena orang seperti ini akan merasa kecil hati ketik bertemu dengan para huffazh (penghapal Al-Quran –muslimah). Bahkan beliau sempat mengatakan bahwa murid-murid yang sudah dua tahun lalu belajar di pesantren belum hapal Al-Quran, itu merupakan hal yang memalukan. Apalagi muridnya yang sudah duduk di majelis ilmu, maka beliau menjuluki murid yang seperti ini sebagai murid-murid yang la’ab (banyak main). (Panduan Praktis Tajwid, hlm. 152–155)
Penyusun: Ummu Asiyah Athirah (dengan perubahan aksara dan ejaan seperlunya)
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Sumber:
Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah-bid’ah Seputar Al-Qur’an
250 Kesalahan Dalam Membaca Al-Fatihah, karya Al-Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory, Cetakan Keenam (1429 H/2008 M),Maktabah Daarul Atsar Al Islamiyah, Magetan

***
Artikel muslimah.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar