Mbah Maridjan dinyatakan tewas setelah terkena semburan awan panas Gunung Merapi 26/10. Juru kunci Gunung Merapi bernama asli Mas Penewu Suraksohargo ini ditemukan dalam posisi bersujud dengan tubuh penuh dengan abu vulkanik. Tewasnya Mbah Maridjan dengan posisi bersujud tersebut telah meninggalkan misteri dan spekulasi tersendiri. Apakah si Mbah meninggal saat melakukan shalat? Spekulasi tersebut cukup kencang terdengar.
Perkiraan kronologi
Pada Selasa lalu, erupsi pertama gunung Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit.
pukul 17.18 disertai awan panas selama 4 menit,
pukul 17.23 dengan awan panas selama 5 menit,
pukul 17.30 dengan awan panas selama 2 menit, Shalat Maghrib sekitar 17.30 (5.30 sore)
pukul 17:37 dengan awan panas selama 2 menit,
letusan Pukul 17.42 dengan awan panas selama 33 menit,
pukul 18.16, dengan awan panas selama 5 menit, dan
pukul 18.21 beserta awan panas selama 33 menit.
Shalat Isya sekitar 18.45 (6.45 sore)
Pada pukul 18.29 (6.29 sore), Yuniawan Wahyu Nugroho (Wawan), wartawan Vivanews melakukan kontak dengan rekannya aktivis LSM dan kontak terputus karena awan panas menerjang di kediaman Mbah Maridjan kira-kira pukul 18.30 (6.30 sore) lebih. Jika waktu yang ditunjukkan adalah benar, ini berarti belum saatnya Shalat Isya dan ini berarti Wawan menunggu Mbah Maridjan untuk Shalat Isya.
Penemuan Jasad
Jasad si Mbah ditemukan di dalam rumahnya dalam keadaan bersujud. Ada yang mengatakan di dalam kamar mandi (hariansib.com, kompas.com, Antara), di kamar (kapanlagi.com ), ada yang mangatakan di dapur (detiknews.com, okezone). Berdasarkan informasi ini, kita bisa perkirakan si Mbah berada di sekitar dapur dan kamar mandi (biasanya lokasi kamar mandi berada dekat dengan dapur) saat awan panas menyerang. Dan informasi yang beredar, jenasah si Mbah dalam posisi bersujud ke arah Selatan yaitu membelakangi Gunung Merapi.
Posisi sujudnya si Mbah tidak dalam konteks shalat, mungkin itu merupakan reflek sujud seseorang saat terancam dari sesuatu yang menimpanya dan melindungi dirinya. Ada kemungkinan lain, posisi tersebut adalah posisi sembah sungkem kepada Keraton, mengingat ia sujud mengarah ke Selatan di mana Keraton Yogya berada dan mengingat ia juga merupakan salah satu abdi dalam Kesultanan Yogya. Mungkin ini merupakan sembah sujud terakhih si Mbah karena telah menunaikan tugasnya untuk menjaga Gunung Merapi.`
Kesimpulan Spekulasi
Dari perkiraan kronologi waktu, saat si Mbah Maridjan meninggal belum saatnya untuk Shalat Isya. Dari posisi ditemukan, ia berada di dapur / kamar mandi, ini bukanlah sebuah tempat yang sesuai untuk melakukan shalat mengingat ia memiliki kamar tidur atau setidaknya ada Masjid di dekat rumahnya yang bisa ia gunakan untuk shalat. Dan posisi sujud ke arah Selatan bukanlah posisi yang biasa diambil oleh seorang Muslim untuk melakukan shalat. Biasanya arah kiblat dalam shalat adalah arah Barat.
Jadi posisi sujudnya si Mbah tidak dalam konteks shalat, mungkin itu merupakan reflek sujud seseorang saat terancam dari sesuatu yang menimpanya dan melindungi dirinya. Ada kemungkinan lain, posisi tersebut adalah posisi sembah sungkem kepada Keraton, mengingat ia sujud mengarah ke Selatan di mana Keraton Yogya berada dan mengingat ia juga merupakan salah satu abdi dalam Kesultanan Yogya. Mungkin ini merupakan sembah sujud terakhih si Mbah karena telah menunaikan tugasnya untuk menjaga Gunung Merapi.
Semua ini hanyalah perkiraan berdasarkan informasi yang beredar. Tidak ada yang dapat mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan saat awan panas menerjang rumahnya. Wallahu’alam
Sumber: smystery.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar