Keempat
Hadits Tentang Tidurnya Orang Yang Berpuasa Adalah Ibadah
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَـفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْـفُوْرٌ.
وفي رواية: نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وسُكُته تَسْبِيْحٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَعَمَلُهُ مُقبول.
وفي رواية: نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ونفسه تَسْبِيْحٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ.
Artinya: “Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya (dibalas) berlipat ganda, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.”
Derajat: Dha’if Jiddan/Sangat Lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalamSyu’abul Iman (III/415, no. 3937), Abu Muhammad bin Sha’id dalam Musnad Ibnu Abi ‘Aufa (II/120), Ad-Dailami dalam Musnad Firdaus (IV/248), Al-Wahidi dalam Al-Wasith(I/65/1), dan Al-‘Iraqi dalam Takhrijul Ihya’ (no. 727).
Dari jalur Sulaiman bin ‘Amru dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
‘Illat (cacat) Hadits:
- Sulaiman bin ‘Amru dia adalah Abu Dawud An-Nakha’i Al-Qamiy, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
- Abu Hatim berkata:ذاهب الحديث متروك الحديث كان كذابا
- Ibnu Ma’in berkata: ليس بشئ يكذب يضع الحديث
- Ibnu Hibban berkata: كان يضاع الحديث وضعا وكان قدريا
- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (IV/132) dan Al-Majruhin (I/419)]
Syaikh Al-Albani berkata: “Ini adalah maudhu’, Sulaiman bin ‘Amru seorang pendusta.”[Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah (X/230, no. 4696)]
- ‘Abdul Malik bin ‘Umair al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy. Dia seorang yangdha’if, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
- Abu Hatim berkata: لم يوصف بالحفظ٬ ليس بحافظ٬ هو صالح تغير حفظه قبل موته
- Ahmad bin Hanbal berkata: مضطرب الحديث مع قلة حديثه
- Ibnu Ma’in berkata: مخلط
- Ibnu Kharrasy berkata: كان شعبة لا يرضاه
- Adz-Dzahabi berkata: طال عمره وساء حفظه
- Ibnu Hajar berkata: ثقة فصيح عالم تغير حفطه وربما دلس
- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (III/372), Al-Mizan (IV/405), dan Taqribut Tahdzib(hal. 625)]
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (III/415) dengan dua jalur:
Jalur pertama, dari Khalf bin Yahya Al-‘Abdiy dari ‘Anbasah bin ‘Abdul Wahid telah berkata kepada kami ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.
- Khalf bin Yahya al-‘Abdiy Qadhiy Khurasan, dia seorang yang dha’if sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
- Abu Hatim berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه
- Adz-Dzahabi menukilnya dan berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه
- Ibnu Hajar juga menukilnya dan berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه
- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (III/372), Al-Mizan (II/454), Al-Lisan (III/246), dan Tarikh Ashbahan (I/209)]
- ‘Abdul Malik bin ‘Umair Al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy, dia seorang yangdha’if dan telah dijelaskan keadaannya di atas.
Jalur kedua, dari Ma’ruf bin Hasan telah berkata kepada kami Ziyad bin Al-A’lam dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.
- Ma’ruf bin Hasan as-Samarqandiy, Abu Mu’adz. dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
- Abu Hatim berkata : مجهول
- Ibnu ‘Adiy berkata : منكر الحديث
- Al-Baihaqi berkata : معروف بن حسان ضعيف
- Dan lain-lain. [Lihat Jarh wa Ta’dil (VIII/323), Syu’abul Iman (III/416), Al-Mizan(VI/467), dan Al-Kamil (VIII/30)]
- ‘Abdul Malik bin ‘Umair al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy, dia seorang yangdha’if dan telah dijelaskan keadaannya di atas.
‘Ali Al-Qariy berkata, “Hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang dha’if dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.” [Lihat Al-Asrar Al-Marfu’ah (hal. 255)]
Al-‘Iraqiy melemahkan hadits ini dalam Takhrijul Ihya’ (I/182) dan Al-Baihaqiy juga melemahkan seluruh jalurnya dalam Syu’abul Iman (III/415).
Hadits ini diriwayatkan juga oleh As-Suhamiy dalam Tarikh Jurjaniy (hal. 370), dari jalur Muhammad bin Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib telah berkata kepadaku, bapakku dari bapaknya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
- Sanad hadits ini munqathi’ mu’dhal.
- Ja’far bin Muhammad adalah Ja’far Shadiq dan bapaknya adalah Muhammad bin ‘Ali bin Husain tidak bertemu dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Bersambung -insyaallah-
***
muslimah.or.id
Penyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
muslimah.or.id
Penyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
1. Al-Ba’itsul Hatsits Syarh Ikhtishar ‘Ulumil Hadits, AL-Hafizh Ibnu Katsir, cetakan Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh.
2. Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, Imam Abi Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm, cetakan Darul Afaq Al-Jadidah, Beirut.
3. Al-Maudhu’at min Al-Ahaditsil Marfu’at, Ibnul Jauzi, cetakan Adhwa’us Salaf, Riyadh.
4. Al-Wadh’u fil Hadits, Dr. ‘Umar Hasan Falatah, cetakan Maktabah Al-Ghazali, Damaskus.
5. As-Sunnah Qabla At-Tadwin, Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, cetakan Maktabah Wahbah, Kairo.
6. As-Sunnah wa Makanatuha fit Tasyri’ Al-Islami, Mushthafa As-Siba’i, cetakan Al-Maktab Al-Islami, Damaskus.
7. Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyyah, Abu ‘Ubaidah Yusuf As-Sidawi dan Abu ‘Abdillah Syahrul Fatwa, cetakan Pustaka Darul Ilmi, Bogor.
8. Fathul Bari bi Syarh Shahih Bukhari, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, cetakan Darul Hadits, Kairo.
9. Hadits Lemah dan Palsu yang Populer di Indonesia, Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf.
10. Irwa’ul Ghalih fi Takhriji Ahadits Manaris Sabil, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, cetakan Al-Maktab Al-Islami, Beirut.
11. Manzilatus Sunnah fit Tasyri’ Al-Islami, Muhammad Aman bin ‘Ali Al-Jami, cetakan Darul Minhaj, Kairo.
12. Musthalahul Hadits, Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, cetakan Daar Ibnul Jauzi, Riyadh.
13. Penolakan M. Quraish Shihab Terhadap Hadits Keberadaan Allah (Sebuah Tinjauan Kritik Hadits), Sofyan Hadi bin Isma’il Al-Muhajirin, skripsi kelulusan sarjana Fakultas Tafsir Hadits UIN, Bandung.
14. Qawa’idut Tahdits, Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, cetakan Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut.
15. Shahih Muslim, Imam Abi Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, cetakan Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut.
16. Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, cetakan Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh.
17. Sunan Ibnu Majah, Abi ‘Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Qazwini (Ibnu Majah), cetakan Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh.
18. Syarh Manzhumah Al-Baiquniyyah, Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, cetakan Maktabah Al-‘Ilmu, Kairo.
19. Syarh Nukhbatul Fikr fi Musthalah Ahlil Atsar, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaniy, cetakan Darul Mughniy, Riyadh.
20. Syarhus Sunnah, Imam Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Khalaf Al-Barbahari, cetakan Maktabah Darul Minhaj, Riyadh.
21. Tadribur Rawi, Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, cetakan Daar Thaybah, Riyadh.
22. Taisir Musthalahul Hadits, Mahmud Ath-Thahhan, cetakan Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh.
23. Takhrijul Ihya’ ‘Ulumuddin, Al-Hafizh Abi Fadhl Zainuddin ‘Abdurrahman bin Husain Al-‘Iroqi, cetakan Maktabah Daar Thabariyyah, Riyadh.
24. Tamamul Minnah fit Ta’liq ‘ala Fiqhus Sunnah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, cetakan Daar Ar-Rayah, Riyadh.
25. Taqribut Tahdzib, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, cetakan Baitul Afkar Ad-Dauliyyah, Riyadh.
26. Dan kitab-kitab lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar