Ilustrasi/ http://ibnuabbaskendari.wordpress.comStigma sebagian masyarakat kita bahkan dunia, teroris di arahkan kepada pribadi dengan atribut tertentu seperti orang berjenggot, pakai celana di atas mata kaki (celana cingkrang/kebanjiran), pakai jubah, pakai kopiyah, wanitanya (isterinya) pakai jilbab besar (bercadar). Gerak geriknya seringkali dicurigai, mau pergi ke masjid atau ke pengajian jalannya selalu diintai dan digunjing banyak orang.Inilah yang terjadi sekarang ini, banyak orang salah menilai sesuatu karena banyaknya pemberitaan atau gosip yang simpang siur . Berita yang kecil seringkali dibesar-besarkan dan berita yang besar juga dikecil-kecilkan. Setiap orang bebas mengumbar fakta sehingga analisisnya pun menjadi serba tak beraturan. Bahkan, kasus terorisme yang hilir mudik di negeri ini seringkali menjadi berita miring untuk Islam.
Benarkah penilain tersebut di atas ?Ada baiknya merilah kita menyimak dari hasil penelitian orang barat yang dilakukan oleh ICG (International Crisis Group)/www.icg.org. ICG sendiri merupakan organisasi independent, non profit, dan bersifat multinasional. Bekerja berdasarkan analisa lapangan dan saran bermutu tinggi untuk mencegah dan memecahkan konflik mematikan.Laporan dan temuan ICG disebarkan melalui e-mail (surat elektronik), kantor kementrian luar negeri, dan organisasi internasional yang lain. ICG bekerja secara khusus dengan pemerintah dan mereka yang terlibat dengannya, termasuk media massa untuk menyebarkan analisa tentang krisis yang terjadi dan memberikan bantuan rumusan-rumusan kebijakan.ICG mendapatkan dana dari pemerintah, badan amal, perusahaan-perusahaan dan bantuan secara perseorangan. Bantuan yayasan dan sektor swasta di antaranya Ford Foundation, Yayasan Sarlo dari dana amal masyarakat yahudi, Bill & Melinda Gates Foundation, William & Flora Hewlett Foundation dan John Merck Fund.Hasil Penelitian ICGSalah satu hasil “perang terhadap terorisme” di Indonesia adalah ditingkatkannya pengawasan terhadap hubungan-hubungan dengan institusi di Timur Tengah dan aliran pemurni Islam yang dikenal Salafi.Para pengamat luar khususnya, dan juga beberapa orang di Indonesia cenderung menganggap Salafi bertentangan dengan muslim di Indonesia umumnya, berkembang secara sembunyi-sembunyi, dan berbahaya karena mengajarkan kekerasan.Semua anggapan dan kekhawatiran tersebut adalah tidak terbukti. Hasil laporan ICG tentang kejadian di Indonesia itu, menyimpulkan bahwa kebanyakan Salafi di Indonesia memandang pelaku peledakan di beberapa tempat adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam. Malah Salafi ini lebih bisa sebagai penghalang meluasnya kegiatan semacam itu, dari pada sebagai pendorong.Istilah Salafi menggambarkan suatu gerakan yang berusaha kembali kepada apa yang dipahami para pengikutnya sebagai ajaran Islam yang paling murini/bersih, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan dua generasi pertama yang shalih (salafus shalih) dan setia. Dalam praktiknya, hal ini berarti menolak bid’ah yang di masukkan dalam agama ini.Sifat-sifat pokok gerakan Salafi di Indonesia di antaranya;a. Bersifat keagamaan, bukan politikb. Menjauhkan diri dari ikatan-ikatan partai atau golongan, kerena akan memecah belah masyarakat muslim dan mengalihkan perhatian dari mempelajari akidah Islam danmanhaj (cara beragama) yang benarc. Tidak melakukan baiat terhadap yang diangkat sebagai pemimpin/imamd. Percaya bahwa tidak dibolehkan membrontak terhadap pemerintah muslim yang sah, tidak peduli walaupun menindas dan tak adil. Hal ini berkebalikan dengan kebanyakan gerakan-gerakan Islam yang lain. (lebih baik menolong muslim yang tertindas, daripada mengobarkan perang terhadap sasaran-sasaran simbolis yang mungkin terdapat warga sipil yang tak berdosa di dalamnya)Walapun beberapa orang yang dituduh sebagai teroris di Indonesia mengaku dan kelihatan secara fisik sebagai Salafi, cara-cara kelompok radikal itu tidak lebih jauh mewakili Salafi.Dalam laporannya, ICG juga mempelajari perkembangan Salafi di Indonesia dan mencatat bahwa jauh sebelum dianggap bertentangan dengan Islam di Indonesia, gerakan ini hanya terbaru dari sejarah panjang gerakan pemurnian Islam .Juga, melihat peran bantuan Saudi terhadap perkembangan Salafi di tahun 1980-an dan 1990-an. Sama pentingnya dari dana tersebut adalah komunikasi yang erat antaraSalafi Indonesia dengan ulama-ulama Timur Tengah, yang kebanyakan dari Saudi.Para tokoh Salafi Indonesia jarang memutuskan untuk mengeluarkan fatwa atau tindakan tanpa meminta nasehat ulama-ulama Saudi tersebut. Contohnya Laskar Jihad, milisi yang terbukti mengobarkan “Jihad” di Ambon itu terpaksa membubarkan diri setelah salah seorang ulama penting Saudi memutuskan bahwa mereka telah menyimpang dari tujuan semula.Fakta bahwa para Syaikh Saudi itu paling sering diminta nasehatnya oleh para SalafiIndonesia, yang para ulama itu dekat dengan pemerintah Saudi, merupakan penghalang lain untuk menghubungkan Salafi dengan gerakan yang dipimpin Osama bin Laden.Seperti yang dipaparkan , laporan ICG menyimpulkan bahwa kebanyakan mereka yang mengatas namakan jihad dengan cara pengeboman atau perusakan lainnya (garis keras) tidak direkrut dari pesantren Salafi, tetapi dari pesantren-pesantren yang berhubungan dengan gerakan radikal, masjid-masjid di daerah pinggiran, dan wilayah dengan sejarah konflik komunal (umum).ICG juga mengamati sedikitnya kasus-kasus yang diberitakan tentang Salafi yang “menyebrang” ke kelompok garis keras, juga menilik tulisan-tulisan Salafi terlihat sangat jauh berbeda antara gerakan ini dengan kelompok garis keras itu.Walaupun diperlukan kajian empiris tentang latar belakang pendidikan (resmi/agama) anggota kelompok garis keras, ICG menyimpulkan bahwa Salafi di Indonesia bukanlah ancaman keamanan seperti yang terkadang digambarkan. Salafi mungkin terlihat bagi orang lain sebagai orang yang tidak toleran atau pembangkang. Tetapi dalam banyak sisi, tidak cenderung pada terorisme. Sebab mereka terfokus dalam keyakinan (aqidah)secara mendalam. Jadi, pantaskah kita katakan terorisme buat mereka?Choirul Hisyam/ SidoarjoYM: hchoirulhisyamP: 031 834 740 72
(nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar